Harga Cabai Tembus 180 Ribu, Begini Penjelasan Kepala Dinas Perdagangan

- Selasa, 9 Maret 2021 | 14:38 WIB
NAIK: Muhammad Mujani, salah seorang pedagang sayur di Pasar Bauntung Banjarbaru. Harga cabai rawit yang dia jual kini tembus Rp180 ribu per kilogram. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN
NAIK: Muhammad Mujani, salah seorang pedagang sayur di Pasar Bauntung Banjarbaru. Harga cabai rawit yang dia jual kini tembus Rp180 ribu per kilogram. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN

BANJARBARU - Dalam beberapa pekan terakhir, harga cabai di pasaran naik signifikan. Di Pasar Bauntung Banjarbaru misalnya, harga jual cabai rawit kemarin (8/3) tembus Rp180 ribu per kilogram.

“Iya, naik terus. Cabai rawit harga modalnya sekarang Rp130 ribu perkilonya, saya jual Rp180 ribu (per kg). Padahal harga normal sebelumnya hanya sekitar Rp50 ribu (per kg),” kata Muhammad Mujani, salah seorang pedagang sayur di Pasar Bauntung Banjarbaru.

Dia menyebut, kenaikan harga terjadi untuk semua jenis cabai. Cabai rawit tiung misalnya, saat ini harga jualnya Rp135 ribu per kilogram.

Padahal sebelumnya hanya sekitar Rp40 ribuan. “Cabai merah juga sama, sekarang saya jual Rp40 ribu. Sebelumnya sekitar Rp25 ribuan perkilonya,” sebutnya.Padahal sebelumnya hanya sekitar Rp40 ribuan. “Cabai merah juga sama, sekarang saya jual Rp40 ribu. Sebelumnya sekitar Rp25 ribuan perkilonya,” sebutnya.

Ditanya sejak kapan harga cabai mulai naik, jawabnya sejak bencana banjir menerjang sejumlah wilayah di Kalsel pada awal Januari 2021. “Mungkin banyak petani cabai gagal panen karena kebunnya terendam, sehingga persediaan sekarang terbatas,” paparnya.

Karena stoknya yang terbatas, dikatakan Mujani pedagang jauhjauh hari harus sudah memesan ke distributor supaya mendapatkan jatah cabai. “Kalau tidak pesan dulu, bisa tidak kebagian,” bebernya.

Sebab, meski harganya naik, menurutnya tidak berpengaruh pada penjualan cabai di pasaran. Pelanggan tetap membelinya meski harga cukup tinggi. “Bagaimana pun cabai merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan dalam memasak. Masyarakat tetap membelinya walaupun mahal, tapi mungkin ada yang menguranginya. Yang tadinya bisa beli seperempat kilo, sekarang jadi se-ons,” ucapnya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani tak menampik harga cabai hingga kini masih merangkak naik. Bahkan, hal itu terjadi hampir di seluruh pasar. “Cabai ini sebenarnya sudah mulai naik sejak awal Desember 2020, karena curah hujan sangat tinggi yang berakibat turunnya produksi akibat banyak petani mengalami gagal panen,” jelasnya.

Ditambahkannya, kondisi itu diperparah dengan bencana banjir yang menimpa sebagian besar wilayah Kalsel. Seperti, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Banjar dan Tanah Laut. “Sehingga harga cabai rawit Banjar sekarang naik drastis hingga Rp130 ribu sampai 150 ribu per kilogram. Ini disebabkan pasokannya ke pasaran sudah semakin tipis,” tambahnya.

Dia menuturkan, saat ini daerah-daerah panen pasca banjir sudah selesai panen. Sementara daerah sentra produksi yang terkena banjir baru memulai penanaman, sehingga pasokan ke pasaran semakin kecil. Sedangkan untuk cabai rawit jenis tiung dan taji di Kalsel, Birhasani menyebut harganya tak sepedas cabai rawit Banjar. Tapi juga mengalami kenaikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. “Harga rawit tiung dan taji sekitar Rp90 ribu sampai Rp100 ribu. Tapi ini bisa diatasi, sebab cabai jenis ini tidak hanya mengandalkan produk petani Kalsel, tapi juga didatangkan dari Jawa Timur dan Sulawesi,” sebutnya.

Menyikapi tingginya harga cabai, dia mengimbau masyarakat lebih hemat dan memilih alternatif jenis cabai yang lebih murah. “Pakai cabai rawit hijau saja, harganya hanya Rp30 ribu sampai Rp35 ribu,” pungkasnya. (ris/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X