BANJARBARU - Pemprov Kalsel saat ini tengah memperkuat stok bahan pokok untuk keperluan masyarakat selama Ramadan dan Lebaran di Banua. Dinas Ketahanan Pangan Kalsel mencatat, ada empat komoditas harus didatangkan dari luar provinsi lantaran stoknya kurang.
"Empat komoditas itu yakni bawang merah, bawang putih, gula dan cabai rawit," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kalsel, Suparno.
Dia mengungkapkan, keempat komoditas tersebut didatangkan dari Pulau Jawa dan Sulawesi. "Para pedagang besar sudah mulai mendatangkan stoknya. Jadi ketahanan pangan kita bisa bertahan sampai tiga bulan ke depan," ungkapnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Kalsel, Birhasani menyampaikan, menurut analisa mereka ada beberapa komoditas yang dikhawatirkan harganya melonjak saat Ramadan hingga Idulfitri. "Kemungkinan besar yang bergejolak, gula, cabai, bawang merah dan bawang putih," ucapnya.
Menurutnya, bahan bakar minyak (BBM) yang menjadi kunci dari semuanya. Kalau stoknya kurang maka komoditas lainnya akan terganggu. "Apalagi dengan akses jalan yang belum maksimal. Tapi mudah-mudahan distribusi BBM nanti tetap lancar," ujarnya.
Lanjutnya, untuk saat ini harga bahan pokok secara umum masih stabil. Di antaranya, beras, gula, minyak goreng, tepung terigu, dan daging sapi.
"Gula putih mudah-mudahan tidak terulang lagi krisis nasional. Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Kami juga sudah bekerja sama dengan enam produsen untuk suplai gula," paparnya.
Sementara itu, menanggapi kurangnya stok cabai Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Kalsel, Syamsir Rahman menyampaikan, hal itu lantaran produksi cabai rawit di Kalsel menurun.
Penurunan produksi sendiri menurutnya dipengaruhi oleh banyaknya petani yang gagal panen. "Ini karena curah hujan yang tinggi, sehingga tanaman cabai yang sedang berbunga gagal menjadi buah," ujarnya.
Di samping itu, dia mengungkapkan, banjir besar yang menerjang Kalsel juga membuat tanaman cabai banyak yang terendam hingga mati. "Pada musim hujan saat ini, petani juga banyak yang tidak menanam cabai rawit karena ongkos produksi tanam yang tinggi," pungkasnya. (ris/ran/ema)