Mengenang Ogi Fajar Nuzuli

- Jumat, 26 Maret 2021 | 12:05 WIB
Ogi Fajar Nuzuli
Ogi Fajar Nuzuli

IDUL Fitri, maaf-memaafkan sebagai pematri setiap saat, dilakoni dengan saling mengunjungi dan mendoakan. “Uda EWA, Sate Padangnya dong”. Saya mem-posting pembuatan Sate Padang dengan maksud kalau ada teman yang ingin, dikirim. Sebelum Covid-19, Idul Fitri adakalanya kami menyantap di rumah saya.

==============================
Oleh: Ersis Warmansyah Abbas
Akademisi Banua
Sahabat Ogi Fajar Nuzuli
==============================

Ya, Allah. Bersama Visi, anak saya, kami mengantar Sate Padang ke rumah Ogi. Masuk dan bercengkerama? Tidak. Kami mengantar sampai pagar. Ogi terbaring. Air mata kesedihan mewakili.

Sebelum Covid-19, saya ke rumah Ogi dan bersama Rita Khairita, istri Ogi, kami bercerita seolah tidak berkesudahan, diakhiri santap siang. Ogi masih unggul menyantap makanan lezat dan saya ingatkan: “Bos, kurangi makan”.

Ya, sejak Covid-19, tidak bertemu secara fisik. Komunikasi melalui telepon atau WA. Pembicaraan tentang Banjarbaru, terutama pendidikan. Kesehatan Ogi sudah pasti menjadi topik utama dan harapan-harapan hebatnya.
Menulis tentang Ogi berarti mengungkai sejarah. Gubernur Kalimantan Selatan 1995-2000, Gusti Hasan Aman, menugaskan Akhmad Fakhrulli merealisasikan Banjarbaru sebagai kotamadya. Dalam buku Banjarbaru (LPKPK, 2000) saya menulis : Banjarbaru menyandang kota administratif 23 tahun. Alhamdulillah, Menteri Dalam Negeri Syarwan Hamid di Jakarta, 27 April 1999, melantik Akhmad Fakhrulli sebagai pejabat Walikota Banjarbaru. Apa hubungannya dengan Ogi?

Akhmad Fakhrulli (Bang Arul) menyayangi dan “mengasuh” Ogi selagi kecil, tersebab Bang Arul adalah kesayangan bapak Ogi, Horman Bachtiar. Setelah Bang Arul menjadi Walikota Administratif dan Walikota Banjarbaru, saya semakin akrab dengan Ogi.

Tugas pertama kami meneliti keberadaan “Pal 18” dan “Pembatuan”. Kami meminta bantuan teman-teman dari 623. Tidak mudah menyelesaikannya sampai ke era Rudy Resnawan. Alhamdulillah, era Nadjmi Adhani terealisasikan.

Apa yang digetarkan semasa Bang Arul semakin menjadi-jadi di era Rudy Resnawan (RR). Kami pernah hampir dibacok ketika malam-malam bertiga melihat pengerasan jalan Trikora. Saya berani, sebab kedua “pengawal”, RR dan Ogi adalah ahli bela diri. Tambahannya, Ogi mendapat tugas ekstra menyiapkan pengembangan tatanan kota.
Terlalu banyak peristiwa yang bisa ditulis. Apalagi, dalam kaitan dengan “geng” Dewa Pahuluan. Bepergian ke berbagai tempat, bahkan ke luar negeri. Istilah RR, lihat-lihat, buat konsepnya, dan kalau bisa kita realisasikan di Banjarbaru. Gagasan dan praktik membuat lampu hias Banjarbaru saja akan sangat menarik. Kami saksi, berjibun hal perkembangan Banjarbaru. Bangku di rumah dinas walikota adalah saksi bisu.

Dewa Pahuluan paling paham perbanjarbaruan. Dewa bukan “Dewa Pahuluan” saja, tetapi “Dewa Banjarbaru”. Setelah Ogi dilantik menjadi Wakil Walikota Banjarbaru, Dewa mengajak menginap di Hotel Kempinski. Sangat mahal. Kami melihat bagaimana kawan sarantang-saruntung menjadi pejabat. Nyatanya? Tetap saja kawan, wkk. Protokoler out.

Begitu pula, kebersamaan semisal semasa ESQ menjadikan hampir setiap hari bersua. Lalu, mendirikan Radar Banjar Peduli. Pada tataran tertentu, Ogi adalah guru. Bersemangat dengan ide-idenya. Banyak hal telah ditulis di berbagai buku saya.

Kalau dipikir-pikir, akrabi Ogi semisal Erwin D Nugroho, Darmawan Jaya Setiawan, Ibnu Sina, Rustam Effendi, Yani Makkie dan banyak lagi, atau yunior seperti Nizami Syarief, banyak mengukir kisah. Ogi berteman dengan segala lini. Sahabat Semua Orang.

Sepertinya Ogi tidak pernah kehabisan energi. Kami bisa memulai pagi dengan berdiskusi di kediaman RR atau kantor Walikota Banjarbaru, makan siang di Swiss Bel Hotel atau sekalian karaokean di HBI, malam pengajian atau apa saja. Rupa-rupa hal kami lakukan. Alhamdulillah, asupan ESQ menyadarkan kami akan spiritualitas.

Begitulah. Perkawanan dibangun dalam persaudaraan dalam arti sesungguhnya. Kami bukan lagi menikmati perkawanan, tetapi persaudaraan. Bayangkan, capek bekerja, eit di rumah Ogi seenaknya saja kami “baurut”. Bergantian, sembari berdiskusi.

Begitu dengan Ogi, begitu dengan Rita dan anak-anaknya. Bak saudara sedarah. Sepertinya berbagai batas terhindar dalam pengertian dianggap keluarga. Anak saya dan anak Ogi berteman, mereka sepantaran. Sungguh persahabatan bermarwah.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X