Bekam Tanduk Sapi di Lorong Kasbah: Kalau Bunyi Krek-Kruk, Artinya Sudah Enak

- Sabtu, 27 Maret 2021 | 14:51 WIB
TANDUK SAPI: Rahman memijat kepala Darmadi, sembari tubuhnya dibekam. Sejak peralatan bekam kian modern, penggunaan tanduk sapi kian langka. Kalau mau mencoba, silakan ke Pasar Kasbah.
TANDUK SAPI: Rahman memijat kepala Darmadi, sembari tubuhnya dibekam. Sejak peralatan bekam kian modern, penggunaan tanduk sapi kian langka. Kalau mau mencoba, silakan ke Pasar Kasbah.

Bilah yang dililit kain itu dinyalakan. Kobaran api didekatkan ke tanduk sapi. Lalu ditempelkan ke tubuh pasien. Inilah bekam tradisional.

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN,   --

Bertelanjang dada, wajah Darmadi meringis. Dahinya mengerut. Selain menahan pegal lantaran hampir sekujur badannya dibekam, ia juga harus menahan pijatan tangan Rahman.

Darmadi adalah pelanggan tetap Rahman. Setiap kembali dari perjalanan jauh, lelaki 52 tahun itu selalu mampir ke lorong Kasbah di Pasar Antasari, Banjarmasin Tengah.

Maklum, Darmidi bekerja sebagai sopir truk kontainer. Saraf-saraf yang tegang perlu dilenturkan. Selama ini, pijat dan bekam lah yang dipercayainya.

Selasa (23/3) siang, Rahman tampak bersemangat menempelkan belasan tanduk sapi ke tubuh Darmidi.

Tinggal memijat kepala, pergelangan tangan dan kaki pasien. Setiap bagian yang dipijat, selalu menimbulkan bunyi 'krek' dan 'kruk'.

"Kalau bunyi, artinya uratnya sudah tak tegang lagi," kata pria 57 tahun itu.

Rahman tinggal di Gang Carmi Jalan Kelayan B, Banjarmasin selatan. Ia sudah 20 tahun berpraktik bekam dan pijat tradisional ini.

"Saya hanya praktik di sini. Di Pasar Kasbah, tak pernah pindah. Jadi mungkin sudah memijat ratusan orang," sebutnya seraya tersenyum.

Mengapa ia mencari nafkah dari sini? Jawabannya, karena sudah menjadi profesi turun-temurun dalam keluarganya.

"Kalau tak dilakoni, bisa kualat. Mau percaya atau tidak, terserah," tegasnya.

Tapi, Rahman yakin, siapapun bisa. Asalkan ada kemauan. "Kalau saya belajar sendiri. Cuma melihat sekali, langsung bisa," ujarnya terkekeh.

Kendati begitu, Rahman tak langsung menerima pasien. Diuji coba dulu ke tubuhnya sendiri. Puluhan, bahkan sampai ratusan kali! Begitu berhasil, baru ia berani membuka praktik.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X