Bendungan Riam Kiwa, Harapan Baru Masyarakat Banjar untuk Bebas Banjir

- Senin, 29 Maret 2021 | 15:00 WIB
LANGGANAN BANJIR: Foto udara dari kawasan di Kabupaten Banjar saat banjir Januari lalu. Pemerintah mulai membangun bendungan Riam Kiwa untuk mengatasi permasalahan banjir di Banjar. | FOTO: DOK/RADAR BANJARMASIN
LANGGANAN BANJIR: Foto udara dari kawasan di Kabupaten Banjar saat banjir Januari lalu. Pemerintah mulai membangun bendungan Riam Kiwa untuk mengatasi permasalahan banjir di Banjar. | FOTO: DOK/RADAR BANJARMASIN

Pembangungunan Bendungan Riam Kiwa di Kabupaten Banjar segera dimulai. Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan III Fikri Abdurrahman mengatakan, saat ini prosesnya sudah dimulai dengan melakukan pembebasan lahan.

---

“Pada tahun ini proses pembangunan Bendungan Riam Kiwa dimulai dengan tahap kegiatan pembuatan desain dan pembebasan lahan,” kata Fikri, baru-baru tadi.

Dia meminta, masyarakat di sekitar kawasan pembangunan bendungan tidak terlalu mempersoalkan terkait pembebasan lahan. Sebab, sepanjang tidak ada masalah tanah maka pembangunan Bendungan Riam Kiwa segera terealisasi.

“Dalam proses pembebasan lahan kami bekerjasama dengan pemerintah provinsi maupun kabupaten, serta masyarakat. Ini untuk menyukseskan pembangunan bendungan yang diimimpikan masyarakat Kalsel ini,” ujarnya.

Mengenai titik lokasi pembangunan bendungan yang dibebaskan, Fikri belum mau menyebutkannya dengan alasan demi kelancaran prosesnya. ”Kita tunggu saja, titik lokasi belum bisa kita sebutkan karena ini sedang proses pembebasan lahan,” katanya.

Dia berharap dengan dibangunnya Bendungan Riam Kiwa dapat menjadi pengendali banjir di wilayah Kabupaten Banjar. “Salah satu tujuan adanya bendungan memang untuk pengendalian banjir,” katanya.

Lanjutnya, rencananya luas pembangunan bendungan Riam Kiwa sekitar 770 hektare. Ditargetkan bisa selesai 4 tahun, sehingga 2025 sudah bisa digunakan.

Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalsel, Nurul Fajar Desira menyampaikan, pembangunan bendungan masuk dalam perencanaan secara komprehensif terkait pengendalian banjir.

"Kita sedang mengumpulkan data terkait penyebab banjir. Termasuk kondisi ekologi. Data-data ini nanti kita kaji, untuk mendapatkan kesimpulan apa saja yang harus dilakukan guna mengurangi dampak banjir," bebernya.

Dia menambahkan, data tersebut juga digunakan sebagai bahan dalam rencana pembangunan bendungan dan embung di beberapa wilayah banjir. Seperti, Bendungan Riam Kiwa di Kabupaten Banjar, Bendungan Pancur Hanau di Hulu Sungai Tengah dan Embung di Tabalong.

"Termasuk juga rencana membuat sodetan atau by pass sungai di Barabai. Melalui data yang terkumpul, kegiatan ini nanti kita evaluasi," tambahnya.

Dikatakan Fajar, dari hasil analisa sementara, pembangunan embung, bendungan dan sodetan memang sangat diperlukan. Sebab, salah satu penyebab banjir pada Januari 2022 tadi lantaran tingginya curah hujan yang membuat volume air melebihi kapasitas DAS Barito.

"Dari data yang kami punya, curah hujan saat banjir ini merupakan ulangan 50 sampai 100 tahun. Kejadian seperti ini pernah terjadi pada tahun 1928 dan 1972. Meskipun sekarang dipengaruhi oleh fenomena iklim la nina," katanya.

Dia berharap, masterplan pengendali banjir sudah selesai 5 sampai 10 tahun ke depan. Sehingga, ketika curah hujan tinggi kembali terjadi dampaknya bisa berkurang. "Karena volume air bisa tertahan di bendungan dan embung. Kemudian kalau lolos, ada sodetan yang sudah dibuat untuk mengalirkan air ke wilayah jauh dari permukiman. Dengan begitu, bisa aman dari banjir," pungkasnya. (ris/ran/ema)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB
X