Diminta Online, Tak Kuasai Teknologi, Begini Curhatan Pedagang Pasar Wadai Ramadan Kala Pandemi

- Rabu, 31 Maret 2021 | 14:02 WIB
TRADISI: Pasar Wadai menjadi tradisi tahunan saat Ramadan tiba. Para pedagang biasanya memanen untung besar setiap Ramadan. | FOTO: IST
TRADISI: Pasar Wadai menjadi tradisi tahunan saat Ramadan tiba. Para pedagang biasanya memanen untung besar setiap Ramadan. | FOTO: IST

Sejak pandemi melanda 2020 lalu, Ramadan tidak sesemarak biasanya. Pasar Wadai yang dulu menjadi tradisi tahunan, belakangan dilarang.

---

Pemko Banjarmasin misalnya, tak mau ambil risiko. Salah satu pertimbangannya pasar yang menjual kuliner pembuka Ramadan kemungkinan besar dapat menimbulkan kerumunan.

"Pemko tetap melarang pasar wadai pada tahun ini," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kota Banjarmasin, Ihsan Al Haque, Selasa (30/3).

Keputusan ini sudah diketahui 147 anggota paguyuban pedagang Pasar Wadai Ramadan saat pertemuaan belum lama tadi. Dalam pertemuan tersebut juga dihadiri sejumlah instansi terkait, termasuk Gugus Tugas (Gugas) COVID-19 dan Penjabat Wali Kota Banjarmasin, Mukhyar.

Kesimpulan dari pertemuan itu, beber Ihsan, para pedagang tak diberikan izin membuka Pasar Wadai di Taman Kamboja, depan Balai Kota, Siring Tendean serta semua fasilitas milik Pemko Banjarmasin.

Tapi jangan khawatir, keputusan itu tidak saklek. Ada dua opsi yang ditawarkan Pemko Banjarmasin. Para pedagang tetap dibolehkan berjualan, tapi tidak terpusat di satu kawasan, melainkan harus terpencar.

Para pedagang bisa menggelar dagangannya di kelurahan yang ada di lima kecamatan Banjarmasin. Jumlah itu cukup memecah kerumunan. Misalnya satu kelurahan ada sekitar 4-5 pedagang, lokasinya bisa bekerjasama dengan warga atau swasta.

Pedagang sendiri tak mau berjualan online. Berbagai alasan pedagang ingin tetap jualan offline diantaranya lantaran gaptek, kemudian handphone yang dimiliki masih jadul.

Opsi yang ditawarkan para pedagang bisa memanfaatkan layanan berjualan online yang disiapkan Pemko Banjarmasin. Opsi ini juga sudah dijalankan pada Ramadan tahun lalu. Tinggal pedagang bisa memilih, mana yang akan dilakukan.

"Online kita fasilitasi, offline, kira beri saran, ya harus menyebar," pungkas Ihsan.

Menyikapi keputusan Pemko Banjarmasin, Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Wadai, Ema Thalib mengaku banyak anggotanya yang sedih. Meski diberikan dua solusi berjualan offline dan online selama Ramadan, namun tetap kurang maksimal.

"Memang keadaan Banua sedang dilanda wabah, mau tidak mau kita harus menuruti anjuran pemerintah. Tinggal pintar-pintar bagaimana supaya tetap bisa mencari rezeki," tuturnya.

Ema memahami, meski opsi jualan online salah satu yang dianjurkan, namun tidak semua anggotanya paham teknologi, termasuk dirinya. "Tapi di masa seperti ini, kita harus bisa bertahan. Tidak usah berharap banyak, asalkan bisa menghidupi keluarga, sudah cukup," ucapnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB
X