Dari tanah di halaman tersebut, usaha hidroponik bisa meraup omzet hingga Rp8 juta per bulan. Konsumennya hanya pasar dan warung makan lokal. "Usaha ini cocok untuk anak-anak milenial. Daripada nganggur, mending bertanam di halaman. Lumayan hasilnya," tuntasnya.
Kebetulan rumah makan bermenu daging panggang memang mulai menjamur di dekat rumahnya. Rumah makan itu selalu menyediakan selada sebagai sayur utama. "Sayur masih terbatas. Kadang yang di lokal masih kurang mulus. Selada kita masih beda kualitasnya dibanding punya luar pulau," kata Nina, salah satu penjual.
Potensi bisnis sayuran sendiri terbilang baik di Tanah Bumbu. Di pasar harian, sayuran masih banyak dipasok dari luar pulau. "Dari lokal kadang habis sebelum sampai ke kami," ungkap Sutiyem, pedagang di pasar harian. (dye/ema)