Soal Perbedaan Hasil Swab, BBTKLPP Jamin Alat dan SDM Akurat

- Selasa, 13 April 2021 | 12:39 WIB
KLARIFIKASI: Kepala BBTKLPP Banjarbaru, Slamet Mulsiswanto mengonfirmasi bahwa kualitas dan akurasi laboratoriumnya sudah standar dan presisi. | Foto: Muhammad Rifani/Radar Banjarmasin
KLARIFIKASI: Kepala BBTKLPP Banjarbaru, Slamet Mulsiswanto mengonfirmasi bahwa kualitas dan akurasi laboratoriumnya sudah standar dan presisi. | Foto: Muhammad Rifani/Radar Banjarmasin

BANJARBARU - Perbedaan hasil swab antara Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru dengan klinik atau laboratorium swasta yang melayani pemeriksaan kini masih jadi obrolan.

Isu ini bermula ketika sejumlah sejumlah anggota DPRD Banjarbaru yang dinyatakan hasilnya positif Covid-19 oleh BTTKLPP melalukan perbandingan ke klinik swasta. Hasilnya sendiri untuk fasilitas kesehatan swasta dinyatakan negatif.

Kemarin, Kepala BBTKLPP Banjarbaru, Slamet Mulsiswanto memberi penjelasan terkait adanya perbedaan hasil ini.

Secara gamblang, Slamet memastikan bahwa lab pihaknya telah dinyatakan tervalidasi dan akurat. Status ini katanya bukan sekadar klaim verbal, melainkan ada beberapa tahapan pengujian berlapis yang sudah dilakukan.

Balai milik Kemenkes RI ini katanya telah melaksanakan standarisasi wajib yang diterapkan. Baik oleh Kemenkes RI hingga WHO (Organisasi Kesehatan Dunia).

Misalnya dari PMI (Pemantapan Mutu Internal), quality control sesuai SOP yang berlaku terus dilakukan dan dijaga. Begitupun untuk Pemantapan Mutu Eksternal (PME), tahapan ini katanya sudah BBTKLP mengirimkan sampel ke Litbangkes Kemenkes RI secara berkala dari 3-6 bulan.

"Kita juga melaksanakan uji profisiensi laboratorium dengan WHO, hasilnya kesesuaian kita 100 persen, artinya akurat pemeriksaannya. Mungkin di bulan ini kita akan menerima sertifikat profisiensi ini juga dari WHO sebagai tanda telah ikut pengujian," katanya.

Dari PMI, PME hingga uji profisiensi internasional, maka Slamet menegaskan jika hasil dari laboratorium mereka bisa dipertanggungjawabkan. Begitupun katanya soal SDM yang bekerja di lab tersebut.

"Jadi BBTKLPP ini bukan fasyankes (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) yang ujug-ujug terbentuk karena ada Covid-19, tidak seperti itu. Kita sudah ada lab virologi sebelumnya dan juga dengan SDM ahlinya," tegasnya.

Soal potensi human error oleh petugasnya, Slamet menyebut kecil kemungkinan terjadi. Sebab SDM di lab pemeriksaan untuk Covid-19 ini tegasnya sudah sangat ideal.

"Sekarang sampel yang diperiksa tak sampai membludak, sehari paling cuman di 50 sampel, ini sangat mampu kita tangani. Total petugas kita di pemeriksaan khusus Covid-19 ini ada 15 sampai 20 orang, jadi tidak ada istilah kelelahan atau lalai," klaimnya.

Lantas mengapa ada muncul perbedaan hasil? Slamet sendiri menjabarkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi dalam fase pemeriksaannya.

Fase ini katanya terbagi tiga, dari pre analytic (persiapan), analytic (pemeriksaan) dan pasca analytic (pencatatan). Jika ada dari tiga faktor ini yang terjadi kesalahan, maka memang kata Slamet potensi perbedaan bisa muncul. Baik disebabkan human error (faktor manusia) atau technical error (faktor alat).

"Kita ada tiga alat yang bisa saya klaim canggih dalam memeriksa sampel-sampel ini, kita pun juga terus mengkalibrasi alat-alat ini, dan juga kita crosscheck lagi agar benar-benar memastikannya, jadi kita pastikan pemeriksaan kita akurat," akunya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X