Takwa, Kunci Penyelesaian Masalah

- Kamis, 15 April 2021 | 13:20 WIB

-- Oleh: Muhammad Taufik NT SPd MSi --

Puasa Ramadan, dan juga ibadah-ibadah yang lain, bahkan hukum pidana dalam Islam, Allah syari’atkan untuk membentuk manusia yang bertakwa kepada-Nya. Allah berfirman: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (QS. Al Baqarah: 21).

Juga firman-Nya:

Ketakwaan sangat penting bagi manusia itu sendiri, karena Allah telah menjadikan ketakwaan sebagai kunci kemenangan, kunci kejayaan, kunci kemuliaan dan kelapangan hidup manusia di dunia dan akhirat, baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

Allah menegaskan hal ini dalam firman-Nya:
Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Ia akan menjadikan jalan keluar, dan memberinya rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka (QS. Ath Thalaq: 2-3).

Beratnya problem yang dihadapi, sulitnya persoalan yang ditemui tidaklah menjadi masalah jika kunci penyelesaian masalah tersebut ada dalam genggaman. Sebaliknya seringan apapun masalahnya, jika seseorang kehilangan kunci dan jalan keluar untuk menyelesaikannya, yang ringan tersebut akan terasa berat, bahkan mustahil diselesaikan dengan baik.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah berwasiat kepada sebagian pekerjanya, “Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dimana saja Engkau berada. Sesungguhnya takwa kepada Allah adalah persiapan yang paling baik, makar yang paling sempurna, dan kekuatan yang paling dahsyat.

… Dan janganlah karena permusuhan seseorang dari manusia menjadikan kalian lebih perhatian kepadanya daripada perhatian kalian terhadap dosa-dosa kalian. (Abu Nu’aim, Al Hilyah, juz 5 hal 303).

Takwa inilah prinsip utama yang harus dipegang oleh seorang muslim dalam mengatasi sebuah persoalan, dalam kapasitas apapun keberadaan dirinya, baik sebagai rakyat maupun pejabat, sebagai yang dipimpin maupun yang memimpin.

Ketakwaan yang bukan hanya ada dipojok-pojok mesjid, namun ada kapan dan dimanapun dia berada, takwa saat beribadah, saat bermu’amalah, bahkan saat mengatur urusan rakyat sekalipun.

Takwa yang tercermin dengan ketundukan terhadap syari’ah dalam aspek apapun, sebagaimana perkataan Umar bin Abdul Aziz yang dinukil oleh Syeikh ‘Abdul Qôdir Al-Jilaniy dalam kitabnya, Al Ghun-yah:

“Ketakwaan itu bukan sekedar puasa di siang hari dan qiyam (salat/ibadah) dimalam hari atau seputar itu. Tapi takwa itu meninggalkan apa yang dilarang Allah dan mengerjakan apa yang difardhukan-Nya, maka barang siapa yang setelah melakukan itu Allah anugerahkan kebaikan (semangat untuk melakukan yang sunnah dan meninggalkan yang makruh dan syubhat), maka yang demikian itu adalah kebaikan pada kebaikan”. Allahu A’lam

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X