Kewalahan Layani Pesanan Cina-Eropa, Geliat Kerajinan Berbahan Eceng Gondok di Desa Banyu Hirang HSU

- Sabtu, 17 April 2021 | 12:08 WIB
BANYAK PESANAN: Kerajinan berbahan baku eceng gondok semakin digemari baik pasar lokal maupun luar negeri. | Foto: Muhammad Akbar/Radar Banjarmasin
BANYAK PESANAN: Kerajinan berbahan baku eceng gondok semakin digemari baik pasar lokal maupun luar negeri. | Foto: Muhammad Akbar/Radar Banjarmasin

Supian Noor perajin mebel berbahan eceng gondok tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19. Tak jarang pelanggan harus ekstra sabar mendapatkan hasil kerajinan dari Desa Banyu Hirang, Kecamatan Amuntai Selatan itu.

-- Oleh: Muhammad Akbar, Amuntai --

Eceng gondok tumbuh subur di permukaan rawa maupun sungai di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU). Orang Banjar menyebutnya ilung. Dulu tak ada yang meliriknya. Kini dimanfaatkan sebagai bahan beraneka kerajinan. Dari tas, sandal, bahkan ada yang sanggup menjadikannya kursi.

Salah satu yang fokus menggeluti usaha kerajinan tersebut Supian Noor dari Desa Banyu Hirang, Kecamatan Amuntai Selatan. Bahkan dengan pengalaman sepuluh tahun lebih fokus dalam industri ini, Supian telah mampu melakukan ekspor ke luar negeri. Ke Asia dan Eropa. Kebetulan pemerintah daerah kerap mengajaknya ikut pameran kerajinan nasional hingga luar negeri.

Supian mendirikan gerai berbagai produk eceng gondok di depan rumahnya di bawah bendera Kelompok Usaha Bersama (KUB) Kembang Ilung. Usahanya justru tetap bertahan di tengah pandemi, tidak gulung tikar. "Alhamdulillah pesanan lancar, meski kondisi Covid-19 seperti saat ini," katanya.

Supian malah menghadapi kendala minimnya pekerja dalam kerajinan ini yang memiliki keterampilan sesuai dengan kebutuhan pasar. Dampaknya tentu usahanya kewalahan memenuhi permintaan pembeli dari luar daerah.

Bahkan pernah datang pesanan mebel ilung dari China bahkan Eropa dengan jumlah yang banyak. Berhubung kekurangan tenaga perajin, permintaan tersebut tak dapat disanggupi.

Supian bersama Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten HSU pada akhirnya membuat pelatihan pembuatan mebel ilung. "Saya tidak khawatir keterampilan ini diajarkan pada para peserta pelatihan. Selama ini kami masih kekurangan tenaga. Padahal permintaan sangat banyak datang dari luar daerah," ungkap Noor Yanor, sapaan akrabnya.

Satu pesanan dikerjakan satu sampai dua bulan baru selesai. Namun pemesan selalu ada baik dari Jawa, Sulawesi, sampai Lombok. Termasuk pesanan kursi pimpinan dari SKH Radar Banjarmasin pernah dikerjakan di gerainya. "Harga mebel ilung dipatok mulai dari Rp4 juta hingga Rp6 juta. Tergantung desain, dan motif pesanan," jelasnya.

Bahan baku ilung dibelinya dari masyarakat sekitar desanya. Kebetulan berada di kawasan rawa. Kadang kekurangan bahan baku lantaran masyarakat tidak rutin mencari ilung.

Kepala Bidang Perindustrian Disperindagkop HSU, HM Yani mengatakan program peningkatan keterampilan terus digelar. Supaya kuantitas perajin ilung yang masih minim terus meningkat.

"Pelatihan ini dalam rangka untuk menambah wawasan generasi muda. Termasuk kami memasukkan para wanita untuk membuat anyaman ilung. Sementara laki-lakinya belajar membuat rangka mebelnya," tegas Yani.(dye/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X