BANJARMASIN - Sejak pandemi melanda, angka kemiskinan di Banjarmasin terus meningkat.
Mengacu Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), penduduk miskin di Kota Seribu Sungai bertambah puluhan ribu dalam kurun waktu tahun 2020-2021.
Sebelum pandemi, pada Maret 2020 lalu, jumlah rumah tangga sangat miskin dan rentan miskin di Banjarmasin ada 40.653 keluarga atau 143.308 jiwa.
Beranjak ke Oktober 2020, muncul peningkatan tajam. Ada penambahan 8.373 rumah tangga sangat miskin dan rentan miskin. Atau bertambah 20.083 jiwa.
Kepala Seksi Pengolahan Analisa Data dan Informasi PMKS dan PSKS di Dinas Sosial Banjarmasin, Rahmanita Hartono menyimpulkan, pagebluk corona memicu dampak ekonomi yang luar biasa.
"Memang tak bisa dipungkiri wabah ini menyebabkan adanya warga miskin baru. Ada yang kehilangan pekerjaan dan lainya," ungkapnya.
Sisi lain, aduan warga ke Dinsos bahkan melonjak sampai lima kali lipat. Biasanya Rahmanita dan kawan-kawannya cuma menangani seribu laporan per tahun, 2020 kemarin sudah menembus lima ribu aduan.
Kebanyakan terkait warga miskin yang luput dari pendataan. Atau bantuan yang telat didistribusikan kepada para penerima.
Kepala Dinsos Banjarmasin, Iwan Ristianto menimpali, mengatasi masalah-masalah itu, verifikasi dan validasi data harus diperketat.
Soal bantuan langsung tunai (BLT), tahun 2020 lalu ada 18 ribu penerima. "Tahun 2021 menurun menjadi 11 ribu penerima," sebutnya.
Mengapa pengurangannya sampai sebanyak itu? Pertama, setelah divalidasi sesuai NIK di database Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, mau tak mau muncul pemangkasan.
Kedua, Kemensos memandang, perekonomian sebagian masyarakat sudah beranjak normal. Jadi mereka tak perlu lagi dibantu seperti pada awal pandemi lalu.
Tapi, meskipun BLT berkurang, jatah untuk jenis bantuan lain justru ditambah pusat. Seperti bantuan pangan, tahun ini penerimanya 29 ribu keluarga. "Atau bertambah 8 ribu dari tahun 2020," tutup Iwan. (war/fud/ema)