BANJARMASIN - Pedagang yang tergabung dalam program Pasar Wadai Online (PWO) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarmasin harus berjuang keras untuk menghabiskan jualannya.
Salah satu peserta PWO, Emma Thalib mengaku agak kesulitan dalam memasarkan takjil. Lantaran tak sedikit pedagang yang nekat berjualan secara offline di tengah pandemi.
Praktis, lapak daringnya hanya bisa menarik 10 persen pelanggan baru. Padahal tahun lalu, ia mampu menggaet 30 pelanggan baru.
"Tahun ini merupakan tahun yang berat bagi pedagang pasar wadai," ungkapnya melalui sambungan telepon, kemarin (18/4).
Maka ia harus lebih gigih dalam mempromosikan wadai ipau jualannya agar tak kalah bersaing dengan pedagang di jalan dan pasar.
"Kami harus mengandalkan promosi dari mulut ke mulut," tambahnya. Selain itu, menjaga cita rasa agar tak mengecewakan konsumen.
Menanggapi itu, Kepala Disbudpar Banjarmasin, Ikhsan Alhak membenarkan banyak pedagang yang nekat menggelar dagangan secara offline. Baik di pinggir jalan maupun di depan teras rumahnya masing-masing. Sudah pasti mempengaruhi PWO.
Disebutkannya, program PWO diikuti 145 pedagang. Sedikit berkurang, tahun lalu ada 150 pedagang yang ikut.
"Tahun lalu bertepatan dengan pemberlakuan PSBB. Jadi banyak warga yang mengandalkan belanja online. Berbeda sekali dengan tahun ini," jelasnya.
Kemudian, dari segi omzet, tahun lalu PWO meraup sekitar Rp2,7 miliar. Tahun ini, kemungkinan takkan sebesar itu. "Kalau tahun ini, tentu kami berharap bisa lebih," harapnya.
Diingatkannya, PWO lebih aman. Selain membantu UMKM, juga untuk mengurangi kerumunan di tengah pandemi yang rawan memicu penularan virus corona. (war/at/fud)