Puasa dan Syukur

- Senin, 19 April 2021 | 14:20 WIB

Puasa adalah wasilah yang bisa memupuk rasa syukur akan karunia Allah SWT.

 

-- Oleh: Muhammad Taufik NT SPd MSi --

Allah berfirman yang artinya “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (TQS. Al Baqarah: 185)

Melupakan karunia Allah merupakan kebiasaan kebanyakan manusia, baru teringat dan menghargainya setelah karunia tersebut dicabut atau berkurang fungsinya. Setelah sakit baru merasakan begitu nikmatnya sehat, setelah Allah buat hidupnya super sibuk baru merasakan nikmatnya waktu senggang, setelah merasa kelaparan dan dahaga baru teringat bagaimana nikmatnya makanan, begitu seterusnya.

Oleh karena itu, lewat puasa, manusia dilatih untuk merasakan sedikit rasa lapar dan dahaga, dengan harapan akan terbetik dalam hatinya untuk mensyukuri semua nikmat yang telah diberikan.

Imam Al-Qosimy (w. 1332H) menjelaskan hakikat syukur kepada Allah SWT dalam kitabnya, Mauidzotul Mu’minin min Ihya Ulumiddin, hal 285:

“ketahuilah bahwa sesungguhnya seorang hamba tidaklah disebut bersyukur kepada tuannya kecuali menggunakan nikmat tersebut untuk hal-hal yang menyenangkan tuannya atau apa-apa yang disukai tuannya untuk hambanya, bukan untuk diri tuannya. Adapun apabila dia menggunakan nikmat tersebut pada hal -hal yang dibenci tuannya maka sesungguhnya dia kufur nikmat sebagaimana juga jika ia menelantarkannya dan membiarkannya tidak terpakai.”

Bersyukur menuntut adanya pengakuan dan keyakinan bahwa segala bentuk kenikmatan ini datangnya dari Allah SWT semata, disertai dengan perasaan senang menerima dan

menampakkannya. Nabi Sulaiman as saat ia mendapati singgasana Bilqis telah ada di sampingnya dalam sekejap mata, beliau mengatakan: "Ini adalah anugerah Tuhanku. Dia bermaksud mengujiku, adakah aku bersyukur ataukah aku kufur." (QS An-Naml: 40).

Adapun merasa bahwa nikmat itu datang karena semata-mata kepintarannya sendiri ini tergolong kufur nikmat, sebagaimana Qarun, saat ia ditanya oleh kaumnya tentang sukses bisnisnya, ia berkata: "Semua ini aku dapatkan semata-mata karena ilmuku, kepintaranku, kepiawaianku" (QS Al-Qashash:78).

Namun demikian, tidaklah cukup dengan pengakuan dan keyakinan bahwa segala bentuk kenikmatan ini datangnya dari Allah SWT semata, bersyukur juga harus dibarengi dengan aktivitas menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahannya, serta disesuaikan dengan syari'at Allah SWT. (bin/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB
X