Ramadan, Setan Dibelenggu

- Selasa, 20 April 2021 | 14:14 WIB
Penulis: Masroliyan Nor S.Pd.I, M.Pd
Penulis: Masroliyan Nor S.Pd.I, M.Pd

Dalam bulan Ramadan ini, ada sebagian orang yang beranggapan bahwa setan itu dibelenggu. Ini sesuai hadits Nabi “Apabila datang bulan Ramadlan pintu-pintu surga dibuka sedang pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari Muslim). 

==============================
Oleh: Masroliyan Nor S.Pd.I, M.Pd
Guru Madya MAS Ainul Amin Balangan
==============================

Pada saat Ramadan setan itu diikat tubuhnya, dikurung dan dipenjara, sehingga dia tidak bisa lagi menggoda manusia. Kalau benar setan-setan itu diikat atau dipenjara tentunya tidak ada lagi kejahatan di muka bumi ini.

Buktinya, selama Ramadan masih ada kejahatan-kejahatan yang dilakukan manusia. Seperti pembunuhan, perkosaan, perzinahan, mabuk-mabukan, perkelahian (tawuran), perjudian dan lainnya.

Pada bulan Ramadan juga banyak yang suka menjelek-jelekkan orang lain, kata-katanya kasar dan penuh dengan hasutan dan adu domba.

Ada juga yang suka marah-marah dan membentak orang lain. Ada juga yang matanya jelalatan memandang lawan jenisnya dengan penuh birahi. Kebohongan juga ada dimana-mana. Korupsi masih merajalela. Ada yang menipu dengan mengatakan barang yang dijualnya baik ternyata buruk.

Mengurangi takaran atau timbangan. Mengatakan modal dagang dan keuntungannya tidak seberapa malah rugi dan seterusnya. Suka pamer dan sombong. Padahal mereka waktu itu sedang berpuasa. Kenapa mereka melakukan semua itu, padahal mereka berpuasa?

Apakah setan telah bebas dari penjara sehingga leluasa membisikkan kejahatan kepada mereka? Tentu tidak. Rasulullah Saw telah menyatakan bahwa setan dibelenggu. Tidak mungkin setan bisa melakukannya kepada manusia. Lantas siapa?

Begitulah kesalahkaprahan sebagian kita menafsirkan hadis itu. Sebagian kita menggambarkan bahwa setan adalah sosok (makhluk). Sehingga setan bisa diikat atau dipasung dan tidak bisa mengganggu manusia. Setan itu adalah karakter (sifat) saja, bukan sosok. Sifat-sifat jahat dan buruk yang dimiliki oleh bangsa jin dan manusia itulah yang disebut setan. Sifat-sifat buruk dan jahat itu akan menghalangi manusia untuk dekat dengan Allah Swt.

Sifat-sifat buruk itu akan memunculkan perbuatan jahat. Disitulah setan memainkan peranannya sebagai pemain tunggal agar manusia tersesat dari jalan Allah Swt. Korbannya adalah bangsa jin dan manusia. Sifat-sifat buruk yang dimiliki jin dan manusia itu sangat sulit untuk dihilangkan. Sebab, manusia memiliki sebagian sifat-sifat itu di dalam dirinya. Dalam diri manusia ada yang disebut Nafsu.

Ini bukan mengacu kepada nafsu dalam bahasa Indonesia yang artinya dorongan hati yang kuat untuk berbuat kurang baik. Nafsu disini dalam istilah Al qur’an adalah jiwa. Yang cenderung baik dan ada juga yang buruk. Allah Swt menciptakan jiwa (nafs) secara sempurna dan menganugerahkan kepada nafsu ini kemampuan ke arah yang baik dan buruk. Bagi mereka yang mampu mensucikan jiwanya, maka dia akan beruntung, sebaliknya, jika mereka mengotori jiwanya maka merugilah dia (Lihat Qs. 91: 7-10).  

Pada bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan untuk berpuasa selama sebulan penuh. Ketika berpuasa, setiap Muslim disuruh untuk senantiasa menahan dari segala yang membatalkan puasa, seperti makan, minum dan bersetubuh. Larangan itu hanya berlaku pada siang hari saja, pada waktu malam ketiga hal itu dibolehkan. Tidak itu saja, puasa yang baik itu tidak hanya mampu menahan makan, minum, dan bersetubuh.

Puasa dituntut untuk lebih dari itu. Yakni, mampu menahan diri dari segala sifat-sifat jelek dan buruk yang bisa mengurangi pahala puasa. Rasulullah Saw menyatakan bahwa puasa itu adalah benteng (pertahanan). Untuk itu, ketika seseorang berpuasa hendaklah dia jangan mengatakan perkataan yang buruk, kotor, jorok dan porno. Ketika berpuasa juga dilarang berkelahi atau bertengkar, berteriak-teriak sambil memarahi dan mengumpat, menghina, merendahkan, berbohong dan sebagainya. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi maka katakan saja bahwa dia sedang berpuasa.

Sebab, orang yang berpuasa tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk. Mulutnya terjaga dari perkataan kotor. Matanya terjaga dari pandangan yang yang mengandung birahi. Telinganya terjaga dari pendengaran yang jelek. Kakinya terjaga dari langkah menuju tempat maksiat. Tangannya juga terjaga dari sentuhan yang jelek. Bahkan hatinya pun juga terjaga dari sifat sombong, pamer, iri, dengki, dan sebagainya. Semua anggota tubuhnya terjaga dari perbuatan buruk. Hidupnya senantiasa terkontrol untuk tidak melakukan kejahatan. Puasa telah membentuk dirinya menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang berakhlakul karimah. Yang senantiasa taat terhadap perintah Allah Swt dan memiliki sifat-sifat yang baik.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X