BANJARMASIN - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalsel mengingatkan agar ritual keagamaan tidak berubah menjadi kegiatan politik jelang digelarnya pemungutan suara ulang (PSU) Pilgub Kalsel.
Hal itu disampaikan Plt Ketua PWNU Kalsel Nasrullah AR, Sabtu (1/5). Ia berharap berbagai kegiatan keagamaan selama bulan Ramadan jangan dicampuradukkan dengan muatan politik tertentu. Seperti tarawihan atau tadarusan.
Ritualitas keagamaan di bulan Ramadan, menurutnya harus dijaga. Jangan sampai ditunggangi aktivitas kepentingan politik sesaat.
"Apalagi saat ini situasi politik menjelang PSU Pilkada Kalsel terasa memanas. Jangan sampai agama menjadi alat untuk berpolitik. Apalagi saling menjatuhkan," ucapnya.
Nasrullah mencontohkan. Kegiatan membaca Alquran atau tadarusan memang menjadi rutinitas ummat untuk memuliakan bulan suci ini. "Jangan coreng tradisi baik ini dengan muatan politik tertentu. Apalagi sampai mengundang para calon kepala daerah segala," ujarnya.
Jika hal itu terjadi, lanjut dia, dikhawatirkan menimbulkan kontroversi tajam di masyarakat. Saling menilai terhadap calon kepala daerah akan muncul. Lebih parah lagi, terjadi ejek mengejek. "Seperti yang akhir-akhir ini kita ikuti di berbagai medsos. Sungguh tak elok jika ini terjadi. Apalagi objeknya adalah kegiatan keagamaan," cetusnya.
Nasrullah menilai, lebih baik rencana atau niat seperti itu diurungkan saja. Selain mencoreng ibadah di bulan suci, juga tidak mengedukasi masyarakat.
Ia berharap ulama dan tokoh masyarakat di Banua dapat menjadi contoh dan teladan di mata ummat. Bukan terjebak pada budaya dukung mendukung untuk kepentingan politik praktis.
"Ulama kami harapkan memberi kesejukan ketika ada suasana konflik. Jangan sampai justru hanyut kepada permainan politik. Ulama mempunyai kekuatan moral untuk memberikan siraman kedamaian," pungkasnya. (*)
