Suatu Sore Bersama Ilyas di Masjid Al Falah Kodeco

- Selasa, 4 Mei 2021 | 12:31 WIB
IBADAH: Ilyas mengaji di sudut masjid. Selama Ramadan dia menyempatkan diri memperbanyak ibadah, salah satunya memperlancar bacaan mengajinya
IBADAH: Ilyas mengaji di sudut masjid. Selama Ramadan dia menyempatkan diri memperbanyak ibadah, salah satunya memperlancar bacaan mengajinya

Lantunan ayat suci mengalir dari sudut masjid. M Ilyas, driver di perusahaan swasta habiskan waktu sore memperlancar bacaan Arabnya. Puasa, sejenak melepaskannya dari keinginan mengejar dunia membabi buta.

-- Oleh: Zalyan Shodiqin Abdi, Batulicin --

Akhir pekan, lepas Asar. Penulis jalan-jalan ke Masjid Al Falah di Kodeco. Masjid itu seperti telah menjelma jadi objek wisata. Tiap sore biasa ramai pendatang berfoto di halamannya.

Di tengah suara ibu-ibu befoto, dari depan pintu masjid terdengar lantang suara orang mengaji.

Konstruksi kubah tengah masjid rupanya membuat suara menggema sedemikian. Dari pintu utama ke tempat pria berbaju putih mengaji lumayan jauh, tapi suaranya jelas terdengar.

Pria paruh baya itu asyik sendiri. Meneruskan bacaannya. Abai dengan kondisi di sekitarnya. Jenis suaranya agak ngebas.

Dia duduk persis di sudut terjauh, tepat berseberangan pintu utama. Di sampingnya jendela kayu berukir. Di belakang jendela, terlihat hijau daun pohon kurma yang masih kecil.

"Shadaqallahul azhim...," lantunnya setelah berkali-kali membalik lembar-lembar Alquran. Meletakkan Quran ke rak, menggulung sejadah, dia berdiri.

Di pelataran masjid dia memberikan waktu berbincang. Namanya Ilyas. Bekerja jadi driver di perusahaan swasta di Tanah Bumbu. "Saya asli Makasar," ujarnya.

Ilyas bercerita. Merantau ke Tanah Bumbu puluhan tahun lalu. Berbagai macam pekerjaan dia lalui. Jalanan adalah tempatnya mencari nafkah.

Jauh sebelum dia akrab dengan Alquran, kehidupannya bisa dibilang keras. "Ya tahu sendiri lah. Bagaimana waktu itu, jiwa muda."

Hingga waktu berjalan. Dia punya istri dan anak. Sampai kemudian anaknya masuk pesantren. Di sanalah Ilyas mulai berubah. "Malu rasanya sama anak kalau gak bisa mengaji."

Kurang lebih empat tahun lalu katanya. Dia bertemu Ustadz Rofiq, guru di taman pendidikan Al Falah. "Saya bilang, saya udah ketuaan ini. Katanya gak papa, nanti gabung belajar sama yang seumuran," kenang Ilyas.

Dua tahun belakangan ini Ilyas rupanya terus berupaya meningkatkan kualitas bacaannya. Targetnya ingin lancar dan bisa tartil. "Tapi masih ada salah-salah kata Ustadz cara saya baca."

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X