Nasib Para Pengusaha Angkutan Antarprovinsi Setelah Larangan Mudik Berlaku

- Jumat, 7 Mei 2021 | 16:14 WIB
SUSAH CARI NAFKAH: Agen tiket angkutan tujuan Kalteng, H Iling, menunggu penumpang kemarin. Larangan mudik membuat bisnisnya mandek. | FOTO; ENDANG SYARIFUDIN/RADAR BANJARMASIN
SUSAH CARI NAFKAH: Agen tiket angkutan tujuan Kalteng, H Iling, menunggu penumpang kemarin. Larangan mudik membuat bisnisnya mandek. | FOTO; ENDANG SYARIFUDIN/RADAR BANJARMASIN

Larangan mudik menimbulkan efek domino. Bukan hanya sopir, tapi juga penjual tiket bus antarprovinsi di Terminal Km 6 Banjarmasin Timur. Mayoritas loket penjualan tutup, hanya loket tiket DAMRI saja yang terlihat buka, Kamis (6/5) siang.

---

Kondisi tersebut membuat resah para penjual tiket bus. Padahal momen mudik lebaran biasa menjadi kesempatan panen rezeki. Namun, karena kebijakan larangan mudik, mereka terpaksa mengubur angan-angan bisa mendapatkan untung.

Agen tiket PO Candi Agung dan PO Tiga Putra tujuan Kalteng misalnya. Pemiliknya yang bernama H Iling tak dapat berbuat apa-apa, selain hanya mengikuti aturan. Sejak pemerintah resmi memberlakukan kebijakan larangan mudik, dia juga menutup loket penjualan tiket bus."Banyak penumpang yang menghubungi, ya saya jawab saja libur," ujarnya.

H Iling menyayangkan kenapa mudik dilarang, sementara acara atau kegiatan yang mengumpulkan banyak orang malah dibiarkan. Ia mengaku bingung. Namun apa daya. " Saya hanya rakyat kecil," ucapnya.

menurutnya sebelum memberlakukan larangan, pemerintah juga harus menyiapkan solusi. Keberlangsungan perekonomian sopir, agen tiket sampai pemilik mobil angkutan penumpang di Terminal Km 6 ini saling berkaitan, tidak bisa dipisahkan. Jika salah satu saja terhenti, semuanya otomatis setop.

"Larangan mudik dari tanggal 6-17 Mei membuat kami sulit mencari nafkah, sementara kami tak punya usaha lain," ujarnya. Dia mengatakan semenjak pandemi melanda, banyak usaha jasa transportasi di Terminal KM 6 gulung tikar lantaran tak kuat bertahan.

Animo masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi bus, menurutnya memang mengalami penurunan. Hal ini sudah berlangsung lama sebelum pandemi melanda. Momen mudik adalah kesempatan untuk mencari keuntungan. Biasanya jelang lebaran Terminal KM 6 Banjarmasin yang menjadi terminal induk transportasi antar kota dan provinsi sedang penuh-penuhnya.

"Bukan melawan pemerintah, kesehatan memang perlu dijaga, tapi tolong bantu kami-kami yang mencari nafkah di terminal, karena keluarga kami juga butuh makan," ujarnya.

Entah sampai kapan bisa bertahan, H Iling hanya bisa berdoa. Semoga usahanya kembali lancar. Meskipun tidak sebagus sebelum pandemi, paling tidak, usaha yang ditekuninya sejak tahun 1985 tersebut bisa memberi nafkah kelima anaknya. "Gara-gara usaha terus merosot, istri saya minta cerai," tuturnya lirih.

Lain lagi dengan loket tiket bus DAMRI yang letaknya bersebelahan dengan milik H Iling. Meski tetap buka, tapi tidak melakukan penjualan tiket. "Kami tetap buka untuk memberikan informasi saja, tidak jualan tiket, karena dari tadi banyak yang datang bertanya," kata Achmad Yamani salah satu satu petugas tiket Bus DAMRI.

Pihaknya masih belum tahu apakah masih bisa beroperasi atau tidak, sebab hingga saat ini belum ada edaran resmi yang masuk. Larangan mudik hanya diketahui setelah mendapat informasi melalui media sosial (Medsos). Padahal larang mudik yang diberlakukan pemerintah hanya keluar provinsi, sedangkan antar kabupaten masih diperbolehkan.

Meski begitu, Bus DAMRI yang melayani tujuan Kalteng seperti Tamiyang Layang, Ampah, Buntok, Palangkaraya, juga melayani tujuan
Batu Licin, Cantung, memilih tak menjual tiket sementara waktu sambil menunggu arahan pemerintah.

"Kalau keluar Kalsel saja yang dilarang, bagaimana kalau tujuan dalam daerah. Entahlah. Tapi sampai sekarang masih belum jelas," pungkas Yamani. (gmp/ran/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X