Membumikan Konsep Belajar Ki Hajar Dewantara

- Selasa, 18 Mei 2021 | 12:36 WIB
Penulis: MUHAMMAD SYAMSURI, M.Pd
Penulis: MUHAMMAD SYAMSURI, M.Pd

Peringatan Hari Pendidikan Nasional yang dilaksanakan setiap tanggal 2 Mei terasa kurang meriah dibanding dua tahun sebelumnya, bukan tanpa alasan, hal ini disebabkan pandemi Covid-19 yang masih melanda. Meski begitu, bukan berarti peringatannya tanpa makna, justru sebaliknya, peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini semakin menasbihkan bahwa ada kerinduan di setiap insan pendidik untuk dapat segera bertemu dengan belahan jiwa hati mereka, siswa.

=============================
Oleh: MUHAMMAD SYAMSURI, M.Pd
Guru SMAN 2 Kintap
=============================

Tema Peringatan Hari Pendidikan Nasional juga dirasa sangat mengena dan menunjukkan optimisme luar biasa, “Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar”. Dalam sambutannya, Mas Menteri menyatakan bahwa krisis pandemi yang melanda saat ini menjadi ladang optimisme yang menunggu untuk dipanen, dan menjadi kesempatan agar semua menuai kemajuan.

Harus diakui, salah satu faktor kesuksesan adalah mampu melihat peluang diantara hambatan yang ada. Termasuk konsep merdeka belajar yang di usung oleh Menteri pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi saat ini, Mas Nadiem Anwar Makarim. Dikala pandemi membuat pembelajaran tatap muka tidak dapat dilaksanakan seperti biasa, maka optimalisasi merdeka belajar adalah salah satu langkah strategis solusi pembelajaran tanpa tatap muka.

Minimal terdapat tiga hal utama dalam konsep Merdeka belajar. Pertama menekankan kepada belajar secara menyeluruh, holistik, satu sama lain saling mengisi serta dibutuhkannya suasana belajar dimana peserta didik diberikan hak berinovasi dari sisi manapun.

Kedua, peserta didik sebagai pribadi dan subjek utama, guru mengarahkan tujuan sesuai dengan kondisi anak. Ketiga, guru menggunakan beragam metode dan pendekatan yang cocok dengan pribadi peserta didik.

Konsep merdeka belajar ini sesuai dengan landasan belajar yang diusung Ki Hajar Dewantara. Menurut Ikhwan Aziz, dkk (2018), Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa metode pendidikan yang sesuai dengan karakter orang Indonesia adalah tidak dengan paksaan. Orang Indonesia yang termasuk bagian dari bangsa timur, memakai nilai-nilai tradisional yang berupa kehalusan rasa, hidup dengan kasih sayang, cinta akan kedamaian, dan sopan dalam tutur kata serta tindakan. Nilai-nilai tersebut telah dimulai dari anak yang masih berusia dini. Semua itu menjadi syarat kita akan berusaha mendatangkan rakyat yang merdeka, dalam arti yang sebenar-benarnya yaitu: lahirnya tidak terperintah, batinnya bisa memerintahkan sendiri dan dapat berdiri sendiri karena kekuatan sendiri.

Karena bangsa Indonesia berdasar pada nilai tradisional tersebut, maka Ki Hajar Dewantara menerapkan tiga semboyan pendidikan yang hingga saat ini menjadi kekhasan pendidikan di Indonesia yang tidak mengikut metode barat. Tiga semboyan tersebut adalah: Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, bermakna pribadi seseorang yang baik adalah disamping menjadi suri teladan atau panutan, juga harus mampu menggugah semangat dan memberikan dorongan moral dari belakang agar orang-orang disekitarnya, bisa merasakan situasi yang baik dan bersahabat, sehingga kita dapat menjadi manusia yang bermanfaat di masyarakat.
Menurut Puji Nur Utami (2017), konsep pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara meliputi asas-asas antara lain: Pertama, asas kodrat alam atau asas tertib damai. Menurut Ki Hajar Dewantara, asas tersebut adalah asas mengenai hak seseorang untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya. Dalam konteks tersebut, pendidikan harus dilaksanakan dengan maksud pemeliharaan atas dasar perhatian yang besar kepada kebebasan anak untuk bertumbuh lahir batinnya sesuai dengan kodratnya.

Kedua, asas kemerdekaan. Mengandung makna bahwa pengajaran berarti mendidik peserta didik menjadi manusia yang memiliki kebebasan pada batinnya, pikirannya, dan juga tenaganya. Asas kemerdekaan berkaitan dengan upaya membentuk peserta didik menjadi pribadi yang memiliki kebebasan yang bertanggung jawab sehingga menciptakan keselarasan dengan masyarakat.
Ketiga, asas kebudayaan. Hal ini berdasar pada keyakinan kodrati bahwa manusia adalah makhluk berbudaya dan kebudayaan tersebut merupakan ciri khas seseorang. Menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan itu tidak memiliki bentuk abadi, melainkan terus menerus berganti-ganti wujudnya. Salah satu penyebabnya adalah karena bergantinya alam dan masa yakni sebagai petunjuk arah dan pedoman untuk mencapai keharmonisan sosial di Indonesia.

Keempat, asas kebangsaan. Merupakan ajaran Ki Hajar Dewantara yang amat penting sebagai bagian dari wawasan kemanusiaan. Dalam konteks tersebut, asas ini diperjuangkan Ki Hajar Dewantara untuk mengatasi segala perbedaan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan daerah, suku, keurunan, ataupun keagamaan. Kelima, asas kemanusiaan yang pada dasanya mengandung makna persahabatan antar bangsa-bangsa. Dalam konteks ini, beliau menggaris bawahi pentingnya bangsa Indonesia menjalin persahabatan dengan bangsa lain.

Tujuan utama yang ingin dicapai Ki Hajar Dewantara dari pendidikan adalah terbentuknya generasi bangsa yang mandiri, penuh daya kreasi dan berbudi pekerti mulia. Beliau sadar, pendidikan yang mengedepankan budi pekerti tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah saja, tapi juga menjadi tanggungjawab masyarakat dan keluarga. Ketiga konsep pendidikan tersebut diberi nama “Tri Pusat Pendidikan”.

Untuk itu, sebagai refleksi peringatan Hari Pendidikan Nasional yang sudah berlalu itu, mari perkuat hubungan sekolah, orangtua dan masyarakat dalam menghadapi pembelajaran di masa pandemi ini, agar merdeka belajar yang dicitakan dapat terwujud secara serentak. Semoga! (*)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB

Warga HSU Dilarang Bagarakan Sahur Pakai Musik

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:15 WIB
X