Merawat Ingatan, Mengenang Jumat Kelabu

- Senin, 24 Mei 2021 | 15:15 WIB
JUMAT KELABU: Aksi teatrikal peringatan kerusuhan 23 Mei 1997 dari aktivis Sanggar Titian Berantai Uniska, (23/5) sore di perempatan Jalan Lambung Mangkurat. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
JUMAT KELABU: Aksi teatrikal peringatan kerusuhan 23 Mei 1997 dari aktivis Sanggar Titian Berantai Uniska, (23/5) sore di perempatan Jalan Lambung Mangkurat. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Ketika perbedaan pilihan politik, hoaks dan disinformasi mudah sekali memecah belah masyarakat, Jumat Kelabu bisa menjadi peringatan.

---

BANJARMASIN - Di bawah todongan senjata tumpul dan tajam, lelaki atau perempuan, yang mengenakan kaus kuning harus menanggalkannya.

Adegan nyata itu terjadi 24 tahun silam. Jumat, 23 Mei 1997, adalah putaran terakhir kampanye Golkar (sekarang Partai Golkar).

Karena hari itu jatah terakhir berkampanye, digelar konvoi besar-besaran. Massa dipustakan di Taman Kamboja, Banjarmasin Tengah.

Menuju lokasi, peserta pawai menggeber sepeda motornya sejak Jalan Pangeran Samudera. Raung knalpot rupanya mengganggu jemaah salat Jumat di Masjid Noor, kawasan Pasar Sudimampir.

Siapa yang menyangka ketersinggungan itu bakal berakhir dengan kerusuhan politik terbesar di Bumi Antasari?

Warga yang marah mengadang konvoi. Membubarkan mereka hingga membakar atribut partai.

Situasi kian memanas, dan entah dari mana tiba-tiba muncul massa yang bergerak ke arah pusat kota. Mereka menenteng senjata. Bahkan tak ragu merusak.

Kendaraan bermotor dan bangunan yang dilalui dibakar. Pada malam hari, pemadaman listrik kian menambah situasi mencekam.

Kenangan itulah yang diungkit dalam aksi teatrikal Sanggar Titian Berantai dari Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari (Uniska).

Sekitar 35 mahasiswa berjalan kaki dari Jalan Hasanuddin HM menuju Pasar Sudimampir dan berakhir di perempatan Jalan Lambung Mangkurat.

Di depan Hotel A, mahasiswa menggelar pertunjukan, orasi dan doa bersama. Berdandan seperti mayat hangus dengan tubuh dicat warna merah dan hitam, mereka berjalan lunglai mengikuti tabuhan gendang.

"Panas, panas!" teriaknya, "Tolong, tolong!"

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pelanggar Perda Ramadan di HSS Turun Drastis

Selasa, 16 April 2024 | 14:40 WIB

Investor Masuk, Orientasi PAM Bandarmasih Berubah?

Senin, 15 April 2024 | 17:00 WIB

Liburan di HST, Wisata Air Jadi Favorit Pengunjung

Senin, 15 April 2024 | 14:00 WIB
X