BARABAI - Semenjak pandemi Covid-19, Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan (DLHP) HST menerapkan parkir tanpa karcis di Pasar Keramat, Pasar Murakata Barabai, dan Pujasera. Hal ini untuk menghindari penularan virus lewat tombol tiket portal.
Lantas bagaimana cara untuk menghitung jumlah pendapatan dan kendaraan yang keluar masuk? Kepala DLHP HST, Muhammad Yani mengklaim jika jumlah kendaraan yang melewati portal tetap terdata di data base komputer melalui sensor portal. “Di sana juga langsung tertulis jumlah pendapatan per harinya. Pendapatan paling banyak itu saat mendekati Lebaran. Dalam sehari bisa mendapat Rp17 juta. Lalu pendapat portal parkir meningkat pascaterjadinya banjir,” ujarnya, Kamis (27/5).
Namun, karcis yang dimiliki DLHP HST juga rusak akibat banjir awal Januari lalu. “Ada 10 boks karcis yang rusak karena terendam banjir, dan tidak bisa digunakan lagi,” bebernya.
Meski tanpa karcis, retribusi dari portal parkir ini dapat termonitor dengan baik. Muhammad Yani membeberkan pendapat dari bulan Januari sampai bulan Mei 2021 mencapai Rp1,664 miliar.
Retribusi paling rendah di bulan Januari sebelum banjir yakni Rp182.814.00; Februari Rp291.413.00, Maret Rp366.773.000, April Rp405.175.000.
Anggota Komisi II DPRD HST, Yajid Fahmi angkat bicara terkait hal ini. Yajid pernah membahasnya saat rapat komisi bersama DLHP HST. “Kami di Komisi II tentu menghendaki agar pendapatan daerah itu terukur. Jadi untuk menggenjot pendapatan sekaligus menghindari indikasi penyelewengan dana alangkah baiknya penerapan karcis parkir dimaksimalkan,” kritiknya.
Sebab, lanjut Yajid hanya portal parkir yang selama ini mendongkrak pendapatan asli daerah (PAD). “PAD tertinggi di HST cuma dari portal parkir tersebut,” tegasnya.(mal/dye/ema)
