MENCARI NILAI PANCASILA PADA MASYARAKAT BANJAR MODERN

- Senin, 31 Mei 2021 | 17:38 WIB
Ilustrasi: KOKO/RADAR BANJARMASIN
Ilustrasi: KOKO/RADAR BANJARMASIN

1 Juni merupakan peringatan Hari Lahir Pancasila di Indonesia. Pidato Presiden Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang mengemukakan konsep awal Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Seberapa dekat nilai-nilai Pancasila bagi masyarakat Banjar?

----

Sepanjang perjalanan sejarah, Pancasila sebagai landasan normatif telah mengakar begitu kuat. Namun di tengah era modernisasi ini, nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila di dalamnya kurang diterapkan .

Hal itu diungkapkan Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Banjarmasin, S Basoeki kepada Radar Banjarmasin, kemarin (30/5) siang.

“Saya melihat nilai-nilai Pancasila masih dijalankan di jaman sekarang, tapi kurang diamalkan, penghayatan dan pengamalannya saja yang mulai luntur,” kata pria berusia 82 tahun ini.

Pensiunan TNI ini mencotohkan hal sederhana, gotong royong. Dulu hal ini selalu dilakukan oleh rakyat Indonesia. Tak mengenal latar belakang suku, agama, semuanya bergotong royong demi satu tujuan. Tapi hal sekarang sudah mulai jarang ditemui.

Menurutnya, hal ini lantaran kurangnya sosialisasi tentang pengamalan dan penghayatan mengenai nilai-nilai Pancasila. Masa orde baru, ketika anak-anak masuk sekolah tingkat pertama, mereka diajarkan tentang nilai-nilai Pancasila. "Sekarang tidak ada lagi,” ujarnya.

Padahal melalui pendidikan P4, anak-anak paham bagaimana cara penghayatan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. “P4 itu harusnya tetap dijalankan di era sekarang, sehingga ada penghayatan dan pengamalan yang seragam dari para generasi muda,” ucapnya.

Budayawan Kalimantan Selatan Iberamsyah Barbary menyatakan, nilai-nilai di dalam Pancasila sangat terlihat di budaya masyarakat Banjar.

Pada sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa misalnya, menurutnya sejak dulu orang Banjar dikenal sebagai masyarakat yang religius.

"Ciri-ciri orang Banjar itu religius, artinya masyarakat yang berketuhanan, serta berdampingan dengan segala kepercayaan dan agama," ujarnya kepada Radar Banjarmasin, kemarin.

Apalagi berkaitan dengan musyawarah yang ada dalam sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat, kebijaksanaan, dalam permusyawaratan/perwakilan, dia menyebut ini sudah menjadi ciri masyarakat Banjar sejak dulu."Apabila mau menggelar acara besar keagamaan atau perayaan 17 Agustus pasti dimusyawarahkan. Biasanya di langgar atau musala," ujar Iberamsyah.

Dalam musyarawah kata dia juga dilakukan dengan adil, tidak ada yang mau menang sendiri. Ini merupakan nilai dalam sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. "Jadi perilaku sehari-hari masyarakat Banjar sangat selaras dengan nilai Pancasila. Sampai sekarang masih terlihat," pungkasnya.

Pengamat sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin Syaharuddin melihat nilai dan filosofi Pancasila sangat dibutuhkan, apalagi di tengah pandemi yang melanda setahun lebih ini.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X