Darurat Ular

- Kamis, 24 Juni 2021 | 11:07 WIB

PADA 13 Maret 1931, Niuwe Tilburgsche Courant menurunkan headline, 'Banjarmasin Darurat Buaya'.

===========================
Oleh: Muhammad Syarafuddin
Editor Halamanan Metropolis Radar Banjarmasin
===========================

Diberitakan, di Kampung Benoea Anjar (Banua Anyar), perahu yang dikayuh dua nelayan muda terbalik akibat kibasan ekor buaya.

Seorang selamat, berenang dan mencapai tepi sungai. Seorang lagi diterkam buaya, dua hari kemudian mayatnya ditemukan.

Itu bukan insiden pertama. Serangan crocodylus raninus di pesisir Sungai Barito dan Sungai Martapura kian meresahkan sejak tahun 1926.

Sampai-sampai, pemerintah Hindia Belanda menggelar sayembara berhadiah kepada siapapun yang berhasil menangkap buaya.

Perburuan pun dimulai. Ada yang motivasinya uang, adapula yang semata-mata untuk membalas dendam.

Cerita itu disadur dari buku 'Bandjarmasin Tempo Doeloe' karya Mansyur, dosen sejarah Universitas Lambung Mangkurat.

Teringat buku itu seusai mengedit berita yang diterbitkan di halaman Metropolis pada edisi 14 Juni lalu.

Diwartakan, antara April sampai Juni, Tim Animal Rescue di bawah BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Banjarmasin sudah menangkap 62 ekor ular.

Dari piton sampai kobra. Yang muncul di pagar kantor kelurahan hingga halaman parkir hotel berbintang.

Jumlahnya belum terhitung yang diamankan warga tanpa bantuan BPBD.

Bagi ular yang ditangkap BPBD, nasibnya lebih beruntung. Karena akan dilepasliarkan ke Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam.

Sedangkan yang ditangkap warga, wallahua'lam. Mungkin digorok. Mungkin pula dijual ke tukang samak kulit dan menjadi sampul dompet Anda.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X