Naik Matic, Emban Misi Antirasisme, dari Papua Barat Keliling Indonesia

- Kamis, 1 Juli 2021 | 15:24 WIB
BANYAK CENDERAMATA: M Hanif Kusuma berpose dengan motor yang dia pakai berkeliling Indonesia di depan balaikota Banjarmasin. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
BANYAK CENDERAMATA: M Hanif Kusuma berpose dengan motor yang dia pakai berkeliling Indonesia di depan balaikota Banjarmasin. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Memacu motor dari Papua Barat untuk berkeliling ke seluruh penjuru negeri, M Hanif Kusuma membawa pesan: jangan rasis!

-- Oleh: WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin --

Andaikan pemuda 22 tahun itu datang menunggang kuda, mungkin saja ia dikira seorang koboi. Bagaimana tidak? Penampilannya nyentrik. Di kepalanya terpasang topi koboi, di lehernya menggantung banyak kalung.

Persoalannya, ia singgah di Balai Kota Banjarmasin kemarin (30/6) siang dengan mengendarai motor matic.

Motornya juga tak kalah aneh. Di bagian depan, menempel tanduk rusa dan kerbau. Di bodi belakang, terpasang banyak bendera. Salah satunya adalah bendera band rock Slank.

Kepada Radar Banjarmasin, Hanif mengaku berasal dari Surabaya, tapi tinggal di Sorong, Papua Barat. Dari situlah ia memulai perjalanan sejak Oktober 2019 lalu.

Tujuannya mengetahui budaya dan sejarah di setiap daerah yang ia singgahi.

Selama perjalanan, Hanif sudah mengunjungi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi dan sekarang Kalimantan. Dan Banjarmasin adalah kota ke-19 yang disinggahinya."Tadi malam tiba di sini. Sebelumnya berada di Kalbar," kata Hanif.

Ia selalu terkesan dengan bantuan dan sambutan komunitas motor di setiap kota. Kelak, begitu perjalanannya berakhir, catatan perjalanan itu akan dituangkannya dalam sebuah buku.

Hanif bahkan sudah memiliki bayangan judulnya apa, 'Indahnya Indonesia-ku'. "Sejak kecil, saya sudah bercita-cita berkeliling Indonesia. Saya targetkan, dua tahun lagi perjalanan ini selesai," ungkapnya.

Soal medan tersulit, ia menyebut Manokrawi. Berikutnya Kalbar. Bukan karena jalan rusak, aspalnya sudah mulus, tapi jarak antar kabupaten di kedua daerah itu keterlaluan jauhnya.

Ia menceritakan, kesulitan bukan karena akses jalannya yang rusak. Ia menilai, akses jalan sudah nyaman. Kesulitannya ada pada jarak tempuh antara satu kabupaten menuju kabupaten lainnya yang cukup jauh.

"Minimal, empat sampai lima jam perjalanan baru berganti kabupaten," kisahnya. Bila capek, ia langsung menggelar tikar dan beristirahat. Terkadang di tepi jalan.

Mengingat sedang pandemi, untuk menembus perbatasan, ia harus rajin-rajin melakoni tes antigen. Ongkos perjalanan pun membengkak.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X