Menjelang Idul Adha, PPKM Darurat di Pulau Jawa dan Bali berdampak pada kenaikan harga dan keterlambatan pengiriman sapi di Banjarmasin.
---
BANJARMASIN - Pemasok sapi di Jalan RK Ilir, Banjarmasin Selatan, Pandi terpaksa menaikkan harga jual hewan untuk ibadah kurban tersebut. Alasannya, biaya pengiriman sapi yang membengkak.
"Di tiap wilayah yang dilalui, pengantar sapi harus mengeluarkan biaya rapid test antigen. Karena ada pemeriksaan di perbatasan," ujarnya kemarin (5/7).
Kenaikannya tak bisa disebut sedikit. Bisa mencapai Rp2 juta. Contoh, bila awalnya per ekor dibanderol Rp13 juta, maka naik menjadi Rp15 juta.
Bukan hanya ongkos pengiriman yang semakin mahal, durasi waktu pengiriman juga menjadi semakin lama.
Bisa terjadi, misalkan si pengantar sapi mengalami demam atau batuk-batuk. Sudah pasti tak lulus dari pemeriksaan.
Alhasil, kedatangan sapi kepada pemesan bisa terlambat antara satu sampai dua pekan. Alasannya, pengantar sapi harus dipastikan negatif COVID-19.
Di tempatnya, Pandi sudah kehilangan 30 calon pembeli. Mereka beralih ke pedagang yang lain lantaran sapi-sapi yang diminta tak kunjung datang. "Kemarin telat sampai sepekan," keluhnya.
Belajar dari pengalaman tahun lalu, Pandi juga tak berani menambah stok sapi. Menurutnya, bisa saja penjualan tahun ini lebih sepi.
"Tahun kemarin, pada H-15 sudah laku 250 ekor. Sekarang, baru 50 ekor yang dipesan. Makanya saya berpikir dua kali untuk menyetok lebih banyak," jelasnya.
Sebab, jika sudah melewati momen lebaran haji, harga sapi akan turun drastis. "Bisa rugi sampai jutaan rupiah per ekor," tegasnya.
Selain faktor perekonomian, ia menduga, penjualan hewan kurban menurun lantaran larangan berkerumun dari pemerintah. "Sedangkan pas penyembelihan sudah pasti berkumpul ramai," duganya.
10 Zulhijjah 1442 H akan jatuh pada 19 Juli nanti. Kurang dari dua pekan, Pandi masih berharap penjualan sapi akan terus membaik.