Tabung Langka, Kapasitas RS Masih Cukup

- Sabtu, 10 Juli 2021 | 04:49 WIB
MULAI LANGKA: Karyawan UD HMR memuat tabung oksigen ukuran 5 kubik ke atas mobil pikap untuk diantar ke rumah sakit di Pelaihari, Tanah Laut (Tala). | FOTO: ENDANG SYARIFUDIN/RADAR BANJARMASIN
MULAI LANGKA: Karyawan UD HMR memuat tabung oksigen ukuran 5 kubik ke atas mobil pikap untuk diantar ke rumah sakit di Pelaihari, Tanah Laut (Tala). | FOTO: ENDANG SYARIFUDIN/RADAR BANJARMASIN

BANJARMASIN - Di Pulau Jawa, oksigen saat ini menjadi barang mahal bahkan langka. Banyak pasien Covid-19 yang meninggal dunia karena tak sempat diberikan oksigen saat perawatan.

Faktor tingginya kasus Covid-19, berimbas dengan susahnya oksigen dicari. Bagaimana dengan di Banjarmasin yang tren kasusnya mulai meningkat? Ternyata kondisinya tak berbeda jauh.

Salah satu pedagang alat kesehatan di Pasar Niaga Banjarmasin, Enal mengaku, oksigen tabung sudah mulai langka sejak empat hari lalu. “Di tempat saya sudah kosong sejak beberapa hari ini,” sebutnya kemarin.

Dia mengakui, penyebab kosongnya tabung oksigen ini lantaran tak masuknya pasokan dari distributor. “Tak ada pasokan, jadi tak ada yang dijual,” tukasnya.

Selain oksigen dengan ukuran tabung kecil, oksigen dengan ukuran 1 meter kubik yang ramai dicari pembeli, saat ini sudah kosong stok. "Sekarang dari ukuran kecil hingga besar tak ada masuk dari distributor,” tambahnya.

Presidium Nasional Farmasis Indonesia Bersatu Hasan Ismail mengatakan pemerintah daerah sudah harus mengambil kebijakan penting sebelum terjadinya kasus seperti di Pulau Jawa.

Kelangkaan oksigen di Pulau Jawa terangnya harus menjadi pelajaran bagi Kalsel. Jangan sampai pasien Covid-19 di Kalsel yang mengalami sesak napas tak tertangani karena tak adanya oksigen. “Kasus di Pulau Jawa soal kelangkaan oksigen ini, kita jangan tutup mata. Harus ada upaya awal agar tak terjadi kelangkaan,” katanya.

Sebelum terjadi kelangkaan, dia meminta agar pemerintah daerah segera membentuk Satgas oksigen. Hal ini sebut Hasan, sudah dilakukan oleh Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo untuk mengatasi kelangkaan oksigen di sana. “Ini harus segera dilakukan sebelum kejadian seperti di Jakarta,” cetusnya.

Dengan adanya Satgas nanti menurutnya, distribusi oksigen dari sumber awal seperti pabrik hingga ke distributor dan penjual, dapat diawasi agar tak disalahgunakan penyalurannya. “Tak bisa dipungkiri. Kondisi saat ini banyak spekulan yang ingin mengambil untung. Ini harus ditangani secara dini,” ujar mantan Ketua KNPI Kalsel itu.

Sementara itu, Direktur RSUD Ulin Banjarmasin Suciati mengklarifikasi banyak isu yang beredar tentang ruangan di RSUD Ulin yang disebut tak lagi cukup. "Ruangan kita masih cukup," kata Suci, Jumat (9/7) pagi.

Di RSUD Ulin memang terjadi peningkatan pasien, tapi tidak seperti di rumah sakit daerah lain di Indonesia. Pada 20 Juni lalu jumlah pasien COVID-19 yang dirawat 19 orang, namun 21 Juni 2021 naik tiga kali lipat, menjadi 61 orang.

Kemudian pada Kamis (8/7), lanjut Suci, ada penambahan dua orang pasien yang harus dirawat. Tapi sekarang sudah kembali turun menjadi 61, karena ada dua orang yang sudah diperbolehkan pulang. "Alhamdulillah masih terkendali," ucapnya.

Sejumlah skenario sudah disiapkan jika mendadak terjadi lonjakan. Sementara ini yang sudah dilakukan adalah menambah jumlah tempat tidur. Jika sebelumnya hanya 206 ditambah hampir dua kali lipat menjadi 400 tempat tidur.

Tak ada lonjakan drastis ditengarai karena RSUD Ulin tidak lagi menjadi rujukan utama pasien. Banyak rumah sakit yang sudah melayani pasien COVID-19. Di Banjarmasin sudah banyak terdapat rumah sakit, diantaranya, Rumah Sakit Umum Ansari Saleh, Rumah Sakit Siloam.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X