Kisah Lidya, Nakes Khusus Covid-19 di RSD Idaman Banjarbaru: Takut Bila Keluarga Juga Terpapar

- Rabu, 14 Juli 2021 | 15:30 WIB
TEKS: IKHLAS: Lidya (tengah) bersama rekan sejawatnya menggunakan APD lengkap. Sudah 1,5 tahun ia bekerja merawat pasien khusus Covid-19 di RSD Idaman Banjarbaru. | Foto: Lidya for Radar Banjarmasin
TEKS: IKHLAS: Lidya (tengah) bersama rekan sejawatnya menggunakan APD lengkap. Sudah 1,5 tahun ia bekerja merawat pasien khusus Covid-19 di RSD Idaman Banjarbaru. | Foto: Lidya for Radar Banjarmasin

Mungkin tidak banyak yang tahu, bagaimana perjuangan para tenaga kesehatan (nakes) khusus Covid-19. Inilah kisah Lidya, salah seorang nakes di RSD Idaman Banjarbaru selama menangani pasien yang terpapar virus corona.

-- Oleh: SUTRISNO, Banjarbaru --

Di tengah kesibukannya, perempuan 26 tahun ini bersedia menceritakan suka dan dukanya selama menjadi nakes khusus Covid-19 kepada Radar Banjarmasin, Selasa (13/7) kemarin. Namun, karena masih bertugas, perawat di ICU Covid-19 RSD Idaman Banjarbaru ini meminta agar sesi wawancara dilakukan melalui pesan WhatsApp (WA) saja.

Meski hanya melalui WA, Lidya cukup panjang menceritakan bagaimana suka dukanya menjadi seorang nakes yang setiap harinya melayani pasien Covid-19.  Dia mengaku sudah 1,5 tahun menjadi nakes khusus Covid-19. Awalnya Lidya merasa hidup ini tidak adil, karena dari sekian banyak perawat, dirinya yang dipilih untuk mengurus para pasien Covid-19.

"Tetapi setelah dijalani akhirnya saya sampai pada detik ini. Masih diberikan Tuhan nikmat sehat untuk merawat orang-orang yang ingin sembuh dari Covid-19," katanya. Menjadi seorang nakes khusus Covid-19, menurutnya ada banyak suka dan dukanya. "Salah satu dukanya adalah saat memakai hazmat. Panas, haus dan pandangan buram karena keringat yang jadi uap pada APD. Kadang sakit kepala lantaran terlalu lama memakai helm," ujarnya.

Apalagi saat bulan Ramadan, Lidya mengaku sering terlambat berbuka puasa karena menangani pasien kritis yang tidak bisa ditinggalkan. "Waktu bulan puasa, Banjarbaru sedang berada di zona Covid-19. Jadi banyak pasien yang harus ditangani," ucapnya.

Karena berada di area yang bersentuhan angsung dengan Covid-19, akhirnya dirinya juga sempat terpapar virus dari ini. "Bahkan, pernah dulu satu ruangan hampir semua positif dan akhirnya ditutup ruangannya pada Agustus 2020," kata Lidya.

Beruntung kata dia, ketika dirinya positif Covid-19, keluarganya tidak ikut terpapar. "Karena hal yang saya takutkan, saya menjadi carrier untuk keluarga saya di rumah. Sebab, di rumah ada ibu sudah berusia 50 ke atas, dan kondisinya juga sudah tidak fit," ucapnya.

Lalu apa saja momen menyenangkan menjadi nakes Covid-19? Lidya menjawab, saat mendengar kabar pasien mereka sembuh dari virus corona. "Rasanya jadi hadiah bagi kami yang merawat. Sampai sekarang pasien-pasien kami yang sembuh tetap menjalin silaturahmi dengan kami," kata Lidya.

Melihat ganasnya Covid-19, dia berharap masyarakat selalu mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Serta tidak menganggap virus corona merupakan konspirasi. "Karena saya setiap minggu menghadapi pasien sakit kritis lantaran covid, dan itu nyata adanya. Ada yang dalam sehari 2 pasien sekaligus meninggal dunia," ujarnya.

Sementara itu, Kabid Pelayanan RSD Idaman Dr. Ani Rusmila menyatakan, pihak rumah sakit selalu memberikan semangat kepada para nakes saat bertugas. "Kami sampaikan kepada nakes, agar bekerja dimulai dengan Bismillah dan ikhlas. Selalu berdoa agar pandemi cepat berakhir," katanya.

Selain itu, dia menuturkan, pihaknya juga selalu berusaha mengusulkan insentif para nakes sesuai dengan aturan yang berlaku. "Kami mengusahakan jasa pelayanan bisa terbayarkan. Jika klaimnya sudah cair bisa memberikan keberkahan pada nakes dan keluarganya. Semoga mereka selalu diberikan kesehatan  lahir dan batin," harapnya. (ris/tof/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X