BANJARMASIN - Represi yang kerap diterima mahasiswa saat berunjuk rasa disoroti Universitas Islam Kalimantan (Uniska). Kemarin (15/7) sore di perempatan Jalan Lambung Mangkurat, mahasiswa menggelar aksi kamisan.
Dalam mimbar bebas itu, selain orasi, juga ada pembacaan puisi.
Koordinator lapangan, Zikri Nur Abadi mengatakan, terkadang publik hanya menyoroti kasus kekerasan di luar Kalsel.
Contoh terdekat dari aksi #SaveKPK di gedung DPRD Kalsel, baik jilid I maupun jilid II yang berakhir dengan bentrokan. Ada mahasiswa yang jatuh pingsan karena dipentung dan ditendang. Sekalipun juga ada polisi yang terluka.
Mantan Presiden BEM Uniska itu menegaskan, rekan-rekan mahasiswa tak pernah menginginkan kerusuhan.
"Kami tak mau gegabah. Karena sebagai mahasiswa, kami adalah penyampai aspirasi masyarakat," tambahnya.
Diingatkannya, sudah menjadi tugas Polri untuk menganyomi dan melindungi. "Kami hanya mengingatkan. Tindak kekerasan aparat bisa memicu pelanggaran HAM. Mengulang memori tahun 1998,” tambahnya.
Namun, ia maklum jika aksi kamisan ini takkan didengar. Tapi setidaknya, Zikri berharap bisa membantu masyarakat untuk memahami insiden yang sudah-sudah. "Dan saya rasa masyarakat sudah cerdas," tuntasnya. (war/fud/ema)