Teringat amal yang harus dibawa saat meninggalkan dunia, membuat Riswan Erfa merelakan tenaga, pikiran, bahkan uangnya untuk anak-anak sekitar tempat tinggalnya. Keduanya berbagi ilmu dengan memberikan pelajaran bahasa Inggris gratis.
-- Oleh: MUHAMMAD OSCAR FRABY, Banjarmasin --
Tak pernah terpikir sebelumnya oleh Riswan membina sekitar 40 anak dengan mengajarinya Bahasa Inggris secara gratis. Berawal dari meninggalnya sang mertua pada 2017 lalu di Madinah. Duka itu membuatnya kepikiran apa yang nanti akan dibawanya saat meninggalkan dunia dan apa yang ditinggalkan semasa hidup.
“Saat itu saya bersama istri begitu terpukul. Begitu kepikiran, apa yang akan dibawa dan ditinggalkan,” tutur Riswan kemarin. Satu sisi ia melihat masih banyak tetangganya yang cukup kesusahan dalam memberikan pembelajaran Bahasa Inggris. Belum lagi faktor ekonomi mereka yang tak mungkin memasukkan anaknya kursus.
Bersama sang istri, Suci Rabella, pada tahun 2019 lalu, mereka menginisiasi sebuah project yang bernama “SCHool” (Sharing, Caring, Helping, Show Your Way of Living). Hanya memanfaatkan beberapa bagian ruangan rumahnya di Jalan Belitung Laut, Gang Sariawan Banjarmasin, beberapa anak mereka ajari Bahasa Inggris. “Kala itu tak banyak, hanya belasan anak,” sebutnya.
Menariknya, Riswan bukan berlatar belakang sarjana pendidikan. Apalagi jurusan bahasa Inggris. Dia malah berlatar pendidikan hukum. Usai menempuh S1 di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (ULM), dia melanjutkan S2 nya di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Bahkan, saat ini dia tengah menyelesaikan program doktor ilmu hukum di Universitas Brawijaya dan Magister Administrasi Pembangunan di ULM.
Begitu pula sang istri, tak ada latar belakang pendidikan maupun bahasa Inggris. Namun, Suci yang lulusan S-1 dan S-2 di Fakultas Hukum ULM rupanya memiliki modal dalam bahasa Inggris. Dia pernah mendapatkan beasiswa short couse di Lowa State University, Amerika Serikat. Dia juga pernah ikut studi budaya di Kanada. “Kami berdua berlatar belakang sarjana hukum. Tapi istri saya yang lumayan fasih bahasa Inggris. Untungnya ketika itu muridnya baru sekitar 12 orang,” ujar Riswan.
Sekarang, dengan jumlah murid semakin bertambah mencapai 40 orang. Mereka sudah dibantu dua orang pengajar. Satu guru bahasa Inggris SMP dan satu orang mahasiswa prodi bahasa Inggris semester akhir. “Kami prihatin dengan kurikulum yang menghapus bahasa Inggris di SD. Ini yang juga menjadi latar belakang kami. Padahal bahasa Inggris begitu diperlukan untuk bisa bersaing di dunia kerja,” kata penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Kementerian Keuangan RI itu.
Berstatus sebagai ASN di Pemprov Kalsel, mereka berdua terbilang sangat cukup secara ekonomi. Namun, tak sedikit pula uang yang harus dikeluarkan untuk membantu anak-anak agar cakap berbahasa Inggris. Riswan menuturkan, pembelajaran gratis juga meliputi digratiskan alat tulis serta buku paket kepada anak-anak. “Satu anak biasanya kami anggarkan Rp50-100 ribu untuk membelikan buku ajar bahasa Inggris, alat tulis, dan buku cerita. Syukurnya dua orang guru bantu juga tanpa pamrih,” tuturnya.
Terbaru, pada Kamis (15/7) kemarin, pasangan suami istri ini dinobatkan sebagai juara ketiga pasangan muda inspiratif dan berprestasi oleh Pemprov Kalsel. “Semoga apa yang kami lakukan ini bisa menggerakkan banyak orang lain,” harapnya.
Untuk kursus bahasa Inggris dibuka hanya 1 kali sepekan. Yakni pada hari Sabtu, di saat mereka berdua libur kerja sebagai ASN. “Satu jam satu kelas. Saat ini sudah ada tiga kelas yang ikut program ini,” tandasnya. (*/ema)
