BANJARBARU - Diwajibkannya para penumpang pesawat membawa hasil tes Polymerase Chain Reaction (PCR) dan kartu vaksin minimal dosis pertama sebagai syarat terbang, membuat Bandara Internasional Syamsudin Noor semakin sepi.
Stakeholder Relation Bandara Internasional Syamsudin Noor, Ahmad Zulfian Noor mengatakan, sejak kebijakan tersebut diberlakukan jumlah penumpang yang mereka layani turun signifikan. "Biasanya penumpang kita setiap harinya rata-rata 2 ribu lebih, sekarang cuma sekitar 800," kata Zulfian kepada Radar Banjarmasin.
Dia mengungkapkan, para penumpang jauh menurun karena masyarakat lebih memilih menunda perjalanan, dibandingkan harus mengeluarkan banyak uang untuk biaya tes PCR. "Juga masih banyak warga yang belum bervaksin," ungkapnya.
Di Bandara Internasional Syamsudin Noor sendiri kata dia, menyediakan layanan PCR seharga Rp777 ribu dengan hasil diketahui satu hari setelah tes. "Namun jika perlu hasilnya lebih cepat di hari tes, biayanya Rp888 ribu," katanya.
Zulfian menjelaskan, syarat PCR dan kartu vaksin sendiri berdasarkan Surat Edaran Kementerian Perhubungan RI Nomor 45 Tahun 2021 dan SE Forkopimda Kalsel. "Jadi penerbangan ke pulau Jawa dan Bali atau sebaliknya sama-sama diperketat karena PPKM Darurat," jelasnya.
Lalu bagaimana dengan nasib maskapai penerbangan? Area Manager Lion Air Banjarmasin, Agung Purnama menuturkan, sejak diperketatnya penerbangan, penumpang mereka di Bandara Internasional Syamsudin Noor turun hingga 98 persen. "Ini dikarenakan harga PCR jauh lebih mahal dibandingkan tiketnya," paparnya.
Anjloknya jumlah penumpang membuat penerbangan mereka dikurangi. Biasanya 9 sampai 10 flight sehari, sekarang cuma satu. "Yang rutin sisa satu flight saja, Batik Air dan Wings Air ke Balikpapan," ujarnya.
Sedangkan penerbangan ke Bandara Juanda Surabaya untuk sementara ditiadakan. Lantaran, minimnya penumpang yang terbang ke sana. "Kalau ke Bandara Soekarno-Hatta masih ada, tapi jarang," pungkasnya. (ris/tof/ema)