Dulu Laku Ribuan Tas Purun, Sekarang Cuma Ratusan

- Jumat, 23 Juli 2021 | 11:02 WIB
MENURUN: Rahmah, perajin purun di Kampung Purun, Palam, Kota Banjarbaru  memperlihatkan tas anyaman purun olahannya, kemarin. Selama pandemi, pesanan tas purun jauh menurun. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN
MENURUN: Rahmah, perajin purun di Kampung Purun, Palam, Kota Banjarbaru memperlihatkan tas anyaman purun olahannya, kemarin. Selama pandemi, pesanan tas purun jauh menurun. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN

Sebelum virus corona mewabah, para perajin anyaman purun di Kampung Purun, Palam, Kota Banjarbaru kebanjiran pesanan. Sebab, saat itu ada banyak acara menggunakan tas purun sebagai kenang-kenangan. Lalu, bagaimana kabar perajin di tengah pandemi saat ini?

Radar Banjarmasin, kemarin (22/7) mendatangi salah seorang perajin di Kampung Purun. Tepatnya di Jalan Purnawirawan, Kelurahan Palam, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru.

Perajin tersebut adalah Rahmah. Wanita berusia 33 tahun ini tergabung dalam kelompok perajin purun Galuh Banjar. Semua anggotanya merupakan warga sekitar Kampung Purun.

Kedatangan wartawan koran ini disambut lemari kaca di teras rumah yang berisikan pelbagai jenis kerajinan anyaman purun. Seperti aneka tas, topi, wadah dan lain-lain.

Saat mengucapkan salam, Rahmah pun keluar dan menanyakan maksud kedatangan wartawan koran ini. "Jelas beda Mas, penjualan kerajinan purun sebelum pandemi dan saat pandemi," katanya, ketika ditanya ihwal perkembangan penjualan kerajinan purun di Kampung Purun.

Dia mengungkapkan, sebelum pandemi Covid-19 dirinya bersama Kelompok perajin purun Galuh Banjar bisa menerima ribuan pesanan tas setiap bulannya. Sementara ketika virus corona mewabah, pesanan yang mereka terima rata-rata hanya dua ratusan.

Penurunan pesanan menurutnya dikarenakan banyak instansi yang meniadakan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang. "Karena pesanan banyak biasanya untuk acara. Misal, sosialisasi, rapat dan lain-lain," ujarnya.

Karena tidak ada lagi acara, Rahmah menuturkan, pesanan purun saat ini hanya dari para pengusaha yang memerlukan tas purun untuk dimodifikasi dan dijual kembali dengan harga lebih mahal. "Sepekan lalu kami mengirim pesanan ratusan tas purun ke Bali, mungkin akan mereka jual lagi," tuturnya.

Lalu bagaimana dengan momentum Iduladha? Dia menyampaikan, kurban tahun ini tidak banyak yang memesan tas purun untuk wadah daging. Beda jauh dengan Iduladha 2019 lalu. "Dulu pesanan tas purun untuk daging kurban bisa sampai ratusan. Dua tahun terakhir paling puluhan," ucapnya.

Bahkan, Rahmah mengatakan, ada panitia kurban yang menawar tas purun dengan harga sangat murah. "Harga normal Rp10 ribu per tas. Ditawar mereka Rp6 ribu. Kami minta Rp8 ribu, mereka tidak mau," katanya.

Karena harganya sangat murah, Rahmah pun menolak pesanan tersebut. "Kalau diterima dapat lelahnya saja. Apalagi mereka minta cepat," bebernya.

Tas purun yang dijual Rahmah sendiri bervariasi, tergantung model dan ukurannya. Yakni mulai Rp5 ribu sampai Rp250 ribu.

Salah seorang warga Banjarbaru, Ridha, yang kebetulan membeli tas purun di rumah Rahmah mengaku menyukai kerajinan terbuat dari purun. "Bagus saja hasilnya. Selain itu, kita juga mengenalkan produk lokal Banjarbaru," paparnya.

Purun sendiri merupakan sejenis rumput anggota suku teki-tekian yang memang sering dimanfaatkan sebagai bahan anyam-anyaman. Rumput ini tumbuh di paya dan rawa-rawa.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X