Warga Kintapura Bisa Bikin Workshop Limbah Ulin

- Jumat, 23 Juli 2021 | 16:31 WIB
PRODUK: Peserta workshop memperlihatkan produk hasil bikinan mereka.
PRODUK: Peserta workshop memperlihatkan produk hasil bikinan mereka.

PELAIHARI - Kayu ulin merupakan salah satu kayu favorit pengrajin kayu di Indonesia. Selain karena ketahanannya, serat kayu ulin juga memiliki keunikannya tersendiri. Sayangnya kini pohon ulin semakin langka.

Walaupun demikian limbah kayu ulin di Kalimantan selatan masih relatif banyak. Hal ini merupakan kesempatan bagi masyarakat setempat untuk mengolah dan memanfaatkan limbah kayu ulin tersebut menjadi barang-barang yang bernilai jual lebih tinggi.

Para pengrajin kayu ulin biasanya memanfaatkan kayu ulin sisa-sisa penebangan yang sudah lama mati atau biasanya disebut dengan “tunggul”. Tunggul itu lalu dipotong-potong dan menghasilkan limbah kayu yang lebih kecil. Limbah kayu tersebut biasanya hanya dijadikan arang oleh masyarakat sekitar karena pengolahan limbah kayu ulin menjadi barang yang bernilai lebih tinggi bukan hal yang terbilang mudah. Pengolahan ini memerlukan latihan, peralatan yang memadai, dan pengalaman yang cukup.

-

Karena itu, PT Arutmin Indonesia Tambang Asam-asam menggandeng Anakayu untuk memberikan pelatihan pengolahan limbah kayu ulin melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM).

Pelatihan ini diadakan di kantor Desa Kintapura, Kecamatan Kintap selama dua minggu diikuti dua puluh peserta, terdiri dari perwakilan Posyantek, perwakilan BUMDes dan masyarakat di sekitar wilayah operasional.

Pelatihan ini dikunjungi dan didukung oleh Bupati Tanah Laut dan Disnakertrans. Selain mengadakan pelatihan, PT Arutmin Indonesia Tambang Asam-asam juga memfasilitasi peralatan dan persiapan produksi dengan total keseluruhan senilai Rp. 111.399.000,-.

Pelatihan pengolahan limbah kayu ulin ini fokus pada skill bubutan dan talenan. Namun tidak langsung kepada skill tersebut, peserta pelatihan pengolahan limbah kayu pertama-tama diberikan arahan dari hal-hal dasar, seperti bagaimana memegang dan menggunakan peralatan, baik alat produksi maupun alat pelindung diri.

Peserta juga diajari bagaimana membedakan jenis dan tekstur kayu. Selanjutnya peserta diajari membuat desain barang yang akan diolah, desain yang sudah jadi akan langsung dieksekusi dalam praktek yang didampingi oleh pelatih. Dan yang terakhir, peserta juga diajari tata cara untuk menghitung harga jual dari barang yang sudah diproduksi.

Dalam pelatihan pengolahan limbah kayu ini, walaupun bahan yang paling banyak dipakai adalah limbah ulin, peserta juga menggunakan limbah kayu lain untuk mengeksplor teknik dalam pengolahan kayu.

-

Barang yang dihasilkan antara lain mangkok, vas bunga, sendok, gelas, gagang, dan talenan. Setelah pelatihan pengolahan limbah kayu ulin ini selesai, PT Arutmin Indonesia akan terus men-support serta berkolaborasi dengan Posyantek dan BUMDes untuk memproduksi olahan limbah kayu ulin dikarenakan sudah ada permintaan pasar baik domestik maupun pasar ekspor.

Diungkapkan Owner Anakayu Irfan Adi Siswanto, ia sangat mengapresiasi PPM Arutmin kali ini. Pasalnya, baik itu Arutmin, masyarakat, BUMDes dan juga Anakayu sendiri mendapatkan goals-nya masing-masing.

“Arutmin juga punya kewajiban membina masyarakat di wilayah operasional dengan membukakan lapangan pekerjaan untuk warga. Peserta saya yakin sudah bisa bikin workshop sendiri. Kemudian kami dari Anakayu pun juga akan sangat terbantu. Ketika permintaan lagi naik-naiknya, bisa kami sub-kan nanti ke kawan-kawan Kintapura,” ujarnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X