Pedasnya PPKM Level 4: Pekerja Mengeluh, Pedagang Menjerit

- Senin, 26 Juli 2021 | 11:55 WIB
BAKAL TAMBAH SEPI: Suasana di Pasar Malam Belauran, Banjarmasin. Selama PPKM aktivitas perdagangan dan pasar juga dibatasi.
BAKAL TAMBAH SEPI: Suasana di Pasar Malam Belauran, Banjarmasin. Selama PPKM aktivitas perdagangan dan pasar juga dibatasi.

Penerapan PPKM level 4 di Kota Banjarmasin membuat para pedagang cemas. Mereka bukan saja khawatir menurunnya pendapatan tetapi takut tak bisa lagi berdagang. Terlebih pada saat malam hari.

“Sekarang saja sudah sepi. Belum lagi PPKM level 4. Mau makan apa jika pengunjung tak ada yang datang,” ujar Indra, salah satu pedagang pakaian di Pasar Malam Belauran, Banjarmasin.

Sebelum PPKM level 4 terangnya, pengunjung yang datang saja hanya hitungan jari. Dia tak bisa membayangkan ketika PPKM level 4 diberlakukan. “Kalau harus tutup saat malam hari, dari mana saya dapat uang,” keluhnya.

Dia mengaku, pandemi semakin memukul usahanya saat ini. Berharap dagangan laku, malah kebijakan baru dengan membatasi masyarakat diterapkan. “Orang kecil seperti saya hanya bisa terima nasib. Beda dengan orang yang dapat gajih bulanan. Kalau saya mengharapkan penghasilan sehari,” tuturnya.

Hal senada dikatakan Iberahim, pedagang di tempat yang sama. Pemberlakukan PPKM level 4 membuatnya pusing tujuh keliling. Bagaimana tidak, pendapatannya hanya berharap pembeli yang datang ke tempatnya. “Pedagang malam seperti kami yang sangat terpukul. Sekarang saja tak ada pengunjung, bagaimana PPKM level 4 besok (hari ini),” ucapnya.

Keluhan serupa disampaikan Masniah, pedagang masakan di kawasan Jalan Sutoyo S Banjarmasin itu mengaku, dirinya tak bisa berbuat banyak jika tak melayani makan di tempat. “Katanya tak boleh makan di tempat. Mudah-mudahan saja ada yang mau. Padahal berharapnya orang tetap makan di sini, karena dari biaya minum bisa mendapat untung lain,” katanya.

Itu soal lain, berkaca saat penerapan PSBB lalu, jangankan berharap orang datang membungkus makanan. Dia mengatakan, jalanan saja sepi, orang yang melintas hanya dapat dihitung dengan jari. “Semakin susah saja sekarang. Sudah jualan tak ramai, ditambah aturan baru,” keluhnya.

Para pengusaha kedai kopi pun menuturkan hal serupa. Pembatasan kegiatan dengan hanya bisa melayani take away atau dibungkus, membuat mereka terpukul. Bagaimana tidak, kedai kopi yang biasanya menjadi tongkrongan, dipastikan saat pemberlakuan PPKM level 4 tak bisa leluasa. “Memang di sisi lain demi mengurangi angka kasus Covid-19. Tapi dengan kebijakan ini, saya akui berat untuk bertahan,” ujar Rendi, pelaku usaha kopi pinggir jalan di bilangan Jalan Sultan Adam Banjarmasin.

Penerapan PPKM level 4 di Kota Banjarmasin sendiri diatur dengan tegas, selain pasar tradisional dan kafe, restoran dan warung makan dibatasi aktivitasnya, diatur pula bagi pusat perbelanjaan seperti mall ditutup sementara. Kecuali tenan yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari dan obat-obatan.

Selain itu pula, di PPKM level 4 dengan tegas mengatur dan tak memperbolehkan beroperasinya tempat biliar, bar, karaoke, pub, dan tempat hiburan lainnya. “Ngak ada kerjaan lagi. Tak tahu masih dibayar atau tidak gajih saya selama PPKM level 4,” ucap Santi, salah seorang pekerja di tempat karaoke.

Sebelum PPKM level 4 saja sebutnya, tamu yang datang hanya hitungan jari. Untuk kebutuhan sehari-hari sebutnya, hanya berharap dari pinjaman dari rekan kerja. “Saat ini tak bisa kirim uang untuk keluarga di rumah. Cukup hidup saja sudah syukur,” tutur wanita asal Pulau Jawa itu. (mof/ran/ema)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

X