BANJARMASIN - PEDAGANG kaki lima yang biasa mangkal di Siring Pierre Tendean sakit hati. Ahad (1/8) pagi, Satpol PP membubarkan pengunjung siring, para calon pembeli mereka.
Sudah jelas, selama PPKM level 4, tempat wisata ditutup. Tapi warga malah memadati kawasan tepian Sungai Martapura tersebut.
Satumah adalah salah seorang PKL yang dibuat petugas uring-uringan. "Kalau begini caranya, mungkin kami disuruh makan batu," sindir pedagang Soto Banjar itu. Perempuan 47 tahun itu mengingatkan, keadaan ekonomi sudah sangat sulit.
“Berjualan susah, suami sudah tak bekerja. Anak saya banyak. Apalagi terpaksa mengutang ke rentenir untuk berjualan,” kisahnya.
"Saya memang terdaftar terdaftar sebagai penerima bansos. Tapi Rp600 ribu untuk dua bulan masih belum cukup," tambahnya.
Senada dengan Heri, pedagang ikan hias. Di mana ada keramaian, di sana ia menggelar lapak.
“Padahal saya berjualan di pinggir jalan, tidak di atas siring. Tapi tetap disuruh petugas untuk tutup,” ceritanya.
“Siapa yang membiayai anak dan istri. Bayar cicilan ke bank, bayar setoran rumah, bayar pajak, siapa yang membantu? Pemerintah takkan membayar itu semua," keluhnya.
Dikonfirmasi terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Satpol PP dan Damkar Banjarmasin, Ahmad Muzaiyin menegaskan mereka hanya menjalankan surat edaran wali kota tentang PPKM level 4 yang diterbitkan 26 Juli.
“Bahwa siring dan objek wisata lainnya wajib ditutup,” tegasnya.
Ditegaskannya, personelnya bergerak secara humanis. Tidak ada perlakuan represif.
"Alhamdulillah pedagang dan pengunjung mau memahami kondisi ini," klaimnya. (war/fud/ema)
