BANJARMASIN - Legenda sepak bola Banua, Frans Sinatra Huwae memiliki kenangan khusus dengan Barito Putera. Kekeluargaannya sangat kental. Prinsip ini yang ingin diterapkan setelah dipercaya menjabat melatih PSCS Cilacap.
Frans sudah tak melatih Martapura FC lagi. Klub yang bermarkas di Stadion Demang Lehman tersebut telah dijual. Frans pun menyambut tawaran PSCS Cilacap yang akan berkompetisi di Liga 2 mulai September mendatang.
"Saya pikir era sepak bola profesional mulai mengikis kekeluargaan dalam tim. Sekarang sepak bola diukur dengan materi. Pemain minta kontrak berapa, dan apa yang bisa diberikan oleh klub," ucap Frans.
Ini berbeda saat Frans memperkuat Barito Putera di era 90-an. "Kalau dari sisi materi, gaji kami dulu jauh dibandingkan pemain zaman sekarang. Tapi, kami merasa nyaman dan betah bermain di satu klub karena pemiliknya menganggap kami sebagai keluarga. Seperti anak sendiri," ujarnya.
Pemilik Barito Putera pada era 90-an tentu tertuju pada sosok almarhum HA Sulaiman HB. Ayah dari Hasnuryadi Sulaiman yang kini menjabat sebagai presiden klub. Meski gaji di Barito terbilang kecil, founder klub yang akrab disapa Haji Leman itu kerap memberi bonus. "Siapapun yang butuh bantuan untuk keperluan pribadi akan dipenuhi, tanpa memotong gaji. Beliau juga menasihati agar pemain berhemat dan menabung untuk masa depan," kenangnya. "Beliau juga selalu tanya kabar keluarga pemain. Ini yang membuat kami tidak segan curhat urusan pribadi kepada beliau. Misal jika kami butuh untuk biaya sekolah anak, beliau selalu membantu," lanjutnya.
Frans Sinatra yakin rasa kekeluargaan itulah membuat Barito menjadi satu di antara sedikit eks klub Galatama yang bisa terus eksis di kancah sepak bola Indonesia. Misi mulia itu pun diteruskan oleh Hasnuryadi hingga sekarang.(bir/dye/ema)