Disukai karena Isi Ceramah yang Mudah Dicerna, Begini Hidup Guru Kapuh dari Kacamata Banyak Orang

- Kamis, 12 Agustus 2021 | 13:15 WIB
SALAT JENAZAH : Ribuan jemaah menyalatkan jasad almarhum KH Muhamamd Riduan Baseri di halaman ruang isolasi RSUD Brigjen H Hassan Basry Kandangan. | FOTO: SALAHUDIN/RADAR BANJARMASIN
SALAT JENAZAH : Ribuan jemaah menyalatkan jasad almarhum KH Muhamamd Riduan Baseri di halaman ruang isolasi RSUD Brigjen H Hassan Basry Kandangan. | FOTO: SALAHUDIN/RADAR BANJARMASIN

KANDANGAN – Kabar duka menyelimuti Kalsel. Ulama kharismatik dari Desa Kapuh, KH Muhammad Riduan Baseri meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Brigjen H Hassan Basry Kandangan, Rabu (11/8) pagi sekitar pukul 09.05 Wita.

Guru kapuh panggilan akrabnya, sebelum tutup usia di usia 55 tahun memang sudah dirawat di RSUD Brigjen H Hasan Basry Kandangan sejak 30 Juli lalu.

Kabid Pelayanan dan Penunjang Medik RSUD Brigjen H Hassan Basry Kandangan, Ismayanti membenarkan KH Muhammad Riduan Baseri meninggal dunia di RSUD Brigjen H Hassan Basry Kandangan setelah menjalani sejumlah perawatan selama 13 hari."Beliau dirawat di rumah sakit karena sempat tidak nafsu makan,” ujarnya saat dikonfirmasi.

Kabar meninggalnya Guru Kapuh dengan cepat menyebar. Banyak warga membagikan informasi di media sosial (Medsos), bahwa pengasuh majelis taklim Al-Hidayah, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Ibnu Atthaillah dan Ketua MUI Kabupaten HSS ini tutup usia.

Jenazah Guru Kapuh dimakamkan di alkah keluarga kawasan Ponpes Ibnu Atthaillah Desa Kapuh, Kecamatan Simpur sekitar pukul 13.00 Wita atau setelah salat Dzuhur secara tertutup berdasarkan permintaan keluarga dengan menerapkan protokol kesehatan (Prokes) dan hanya dihadiri keluarga dan kerabat dekat. 

Sebelum dimakamkan, ribuan jemaah menyalatkan jasadnya di halaman ruang isolasi RSUD Brigjen H Hassan Basry Kandangan sekitar pukul 12.00 Wita. terlihat Bupati HSS Achmad Fikry, Wakil BupatiSyamsuri Arsyad, Sekda Muhammad Noor serta para Kepala OPD. Salat diimami oleh Habib Salam Al Kaff

Setelah di salatkan, jenazah almarhum Guru Kapuh dibawa menggunakan mobil ambulans ke Desa Kapuh, Kecamatan Simpur, diiringi ribuan warga yang ingin mengantarkan almarhum untuk dimakamkan di kawasan Ponpes Ibnu Atthaillah. Sebelum dimakamkan, jenazah kembali disalatkan di Pendopo Guru Kapuh yang diimami KH Ahmad Syairazi.

Anak pertama KH Muhammad Riduan Baseri, Ahmad Fauzan mengucapkan terima kasihnya kepada para tenaga medis yang telah berjuang membantu kesembuhan almarhum. “Mewakili pihak keluarga kami mengucapkan terima kasih kepada Bupati, Wabup dan seluruh jajaran Pemkab HSS yang terus mendukung dan mendoakan kesembuhan Almarhum. Meski pada akhirnya takdir berkata lain,” ujarnya.

Dirinya berharap, meski almarhum sudah meninggal. Ilmu dan pelajaran yang sudah diberikan bisa terus diamalkan. “Yang paling penting itu, Abah sangat kooperatif dengan berbagai program pemerintah demi kemashalatan umat, termasuk dengan penerapan protokol Covid-19. Ini salah wasiat abah, mari kita dukung pemerintah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan untuk memutus penyebaran Covid-19,” katanya.

Kepergian pria yang lahir di Desa Kapuh 7 Januari 1965 itu memberikan duka yang mendalam bagi jemaahnya.Tak hanya sekitar Ponpes Ibnu Atthaillah saja, tapi jemaah dari luar daerah yang ikut berdatangan.

Aidi (61) warga Desa Sungai Pinang Kecamatan Daha Selatan juga datang bersama rombongan ke pemakaman Guru Kapuh. Ia mengaku jika ceramah yang diberikan Guru Kapuh lebih mudah dipahami. “Ceramah beliau mudah dipahami, sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Ia biasanya mengikuti majelis yang diadakan empat kali selama satu minggu setiap Kamis malam, Jumat sore, Minggu siang dan Rabu sore hari.“Tapi beberapa hari terakhir ini tidak ada pengajian karena beliau sakit,” tuturnya.

Dirinya ingat pesan yang disampaikan oleh Guru Kapuh yaitu supaya para jemaah menjaga kesehatan dan terus menjaga diri. Serta almarhum berpesan agar tidak mengejar dunia saja apalagi dunia semakin tua. “Kejar dunia seadanya. Akhirat paling penting. Dunia sudah tua. Harus ingat bagaimana nanti meninggal,” kenangnya.

Hal serupa juga dikatakan Firmansyah jemaah asal Kandangan Kecamatan HSS. Menurutnya Guru Kapuh merupakan ulama yang paling dihormati. “Kami merasa kehilangan beliau. Karena tidak ada yang seperti beliau,” ujarnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X