DLH Ambil Sampel Kedua, Mencari Penyebab Utama Perubahan Warna Sungai

- Jumat, 13 Agustus 2021 | 14:18 WIB
UNTUK PENELITIAN: Menaiki sampan, petugas lab DLH mengambil sampel air Sungai Martapura di kawasan Sungai Lulut. Di sini, airnya masih berwarna hijau. | Foto: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
UNTUK PENELITIAN: Menaiki sampan, petugas lab DLH mengambil sampel air Sungai Martapura di kawasan Sungai Lulut. Di sini, airnya masih berwarna hijau. | Foto: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

BANJARMASIN – Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Lingkungan di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin kembali mengambil sampel air Sungai Martapura, kemarin (12/8) siang.

Lokasi pengambilan sampel kedua itu berada di kawasan Sungai Lulut, Banjarmasin Timur. Sebelumnya, sampel pertama diambil di kawasan Siring Pierre Tendean, 4 Agustus lalu.

Uji laboratorium itu lantaran perubahan drastis pada warna air Sungai Martapura. Yang semula berwarna kuning kecokelatan kini berubah menjadi hijau.

Kepala Bidang Pengawasan DLH, Wahyu Hardi Cahyono mengatakan, pengambilan sampel kedua diperlukan lantaran adanya masukan dari ahli yang meminta DLH untuk mengukur parameter lain.

Misalkan, bila sebelumnya yang diukur hanya PH (derajat keasaman), BOD (kebutuhan oksigen hayati), COD (kandungan zat organik) dan DO atau banyaknya oksigen yang terkandung dalam air, kini bertambah dengan mengukur zat kimia seperti amonia, nitrat dan nitri.

"Kemudian zat mangan, besi dan aluminium," jelasnya. "Diambil di sini (Sungai Lulut) karena airnya masih berwarna hijau. Sedangkan di pusat kota sudah kembali berubah cokelat," tambahnya.

Ia berharap, dari sini penyebab pasti bisa diketahui. Apakah ada kandungan zat tertentu yang terlarut dalam air. Atau hanya pengaruh perubahan fitoplankton serta tumbuhan yang ada di dasar sungai.

"Makanya sekarang sampel yang diambil tidak hanya di permukaan sungai. Tapi, juga di tengah dan dasar sungai. Untuk hasil pastinya akan diketahui setelah uji lab selesai. Sampel kami bawa ke laboratorium kesehatan milik Pemprov Kalsel," tambahnya.

Ditanya terkait hasil uji sampel pertama, Wahyu menyatakan bahwa sampel pertama yang diambil itu airnya berwarna putih. Kemungkinan warna hijau yang terlihat merupakan pantulan warna tumbuhan yang ada di dasar sungai.

Sebenarnya, ini bukan fenomena baru. Tahun lalu juga terjadi. Tapi saat itu gara-gara kandungan oksigen terlarut yang rendah. Yakni hanya berada di angka 2 mg per liter. Padahal, normalnya kadar oksigen terlarut di sungai adalah 6 mg per liter.

“Tapi kondisi ini sebenarnya fluktuatif, bisa berubah kapan saja. Sampai sekarang kami masih belum tahu penyebab pasti penurunan kadar oksigen terlarut air ini. Makanya perlu penelitian lebih lanjut," tutupnya.

Sementara itu, salah satu petugas UPT Laboratorium Lingkungan, Nofianor Elferianto menjelaskan, dari pengamatannya, kondisinya masih aman.

"Tapi untuk memastikannya, kami harus menunggu hasil uji labnya dulu. Biasanya hasilnya keluar setelah 15 hari kerja," tuntasnya. (war/fud/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X