Dampak PPKM, Penjual Pentol Bingung Cari Uang Kuliah Anak

- Selasa, 24 Agustus 2021 | 16:49 WIB
KENA DAMPAK: Adi saat menjaga dagangan pentolnya di depan mini market di Jalan Trikora Guntung Lua, Kelurahan Loktabat Utara, kemarin. Selama PPKM, penjualannya turun signifikan. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN
KENA DAMPAK: Adi saat menjaga dagangan pentolnya di depan mini market di Jalan Trikora Guntung Lua, Kelurahan Loktabat Utara, kemarin. Selama PPKM, penjualannya turun signifikan. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN

BANJARBARU - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) benar-benar memukul dunia usaha. Bukan hanya pengusaha besar, tapi juga saya seorang penjual pentol di Banjarbaru.

Nama saya Adi, warga Kemuning, Banjarbaru. Saya biasanya berjualan pentol di depan mini market di Jalan Trikora. Tepatnya di samping gerbang masuk Jalan Al Jafri, Guntung Lua, Kelurahan Loktabat Utara.

Semenjak PPKM diterapkan di Banjarbaru, saya harus memutar otak bagaimana agar keuangan keluarga tetap stabil. Sebab, pembatasan selama PPKM membuat penjualan saya turun signifikan.

Sebelum ada PPKM, pendapatan saya sehari rata-rata Rp300 ribu lebih. Namun, ketika PPKM diterapkan saya hanya mampu membawa uang Rp150 ribu sampai Rp200 ribu.

Bagaimana tidak turun penjualan. Selama PPKM minimarket tempat saya berjualan sudah tutup pada pukul 8 malam. Padahal, biasanya jam-jam itu banyak orang ke minimarket singgah beli pentol di tempat saya.

Minimarket tempat saya berjualan tutup setiap pukul 8 malam lantaran mengikuti aturan PPKM. Susah kalau seperti ini. Apalagi PPKM kabarnya akan diperpanjang lagi, maka semakin lama saya harus menahan beban ini.

Karena pendapatan turun, saya harus mengurangi pengeluaran di keluarga agar keuangan kami tetap stabil. Beli beras biasanya dua liter sehari, sekarang cuma satu liter. Kami cukup-cukupkan demi mengurangi pengeluaran.

Apabila pengiritan tidak dilakukan, saya khawatir keuangan keluarga kami semakin sulit. Lalu akhirnya terlilit utang. Apalagi sekarang harga bahan pokok juga banyak yang naik. Seperti, telur, minyak goreng dan gas elpiji, naik semuanya.

Selain itu, saya juga sedang memerlukan uang untuk membiayai pendidikan kedua anak kami. Anak pertama kami mau masuk kuliah, sedangkan adiknya sekarang SMP.

Khusus untuk anak pertama kami, saya masih bingung mencarikan biaya masuk kuliah. Padahal, registrasi dijadwalkan 31 Agustus ini. Mendaftar sudah, tes juga sudah. Tinggal menunggu pengumuman. Tapi, uang biaya masuk masih belum punya.

Saya berharap, pemerintah punya kebijakan lain yang tidak menyulitkan para pedagang kecil. Karena saya yakin, selain kami di luar sana juga masih banyak orang yang juga kesulitan akibat PPKM. (ris/ran/ema)

****

Pandemi telah mengubah kehidupan. Banyak cerita sedih, inspiratif dan lucu yang beredar tentang cara orang-orang bertahan di tengah pembatasan. Mulai edisi ini, Radar Banjarmasin menerbitkan rubrik PPKM Story sebagai media berbagi kepada yang terdampak lain, sekaligus aspirasi bagi penentu kebijakan. Jika Anda punya cerita menarik dari pengalaman Anda dengan PPKM silahkan kirimkan ke email ppkmstory@gmail.com.

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X