BANJARMASIN – Bukan hanya di Jawa, susu beruang kalengan juga mendadak langka di Banjarmasin. Yang tadinya mudah ditemukan di pasar bahkan warung, kini seakan menghilang.
Dimulai sejak penularan dan kasus kematian melonjak secara dramatis di ibu kota provinsi ini.
Seperti pengakuan Paul, pemilik warung kelontongan di Jalan Kampung Melayu, Banjarmasin Tengah.
Dulu, normalnya ia menjual Rp10 ribu per kaleng. Sekarang harganya sudah naik dua kali lipat.
“Karena pas dapat harganya sudah mahal. Makanya dijual Rp19 ribu per kaleng,” ujarnya kemarin (23/8).
Begitu pula dengan Suhaimi, pemilik kios di Jalan Sultan Adam.
Dulu satu karton (isi 30 kaleng) bisa diperoleh dengan Rp260 ribu sampai Rp270 ribu. Sekarang sudah Rp470 ribu per karton.
“Tapi barangnya toh sedang kosong,” ujarnya.
Ia sempat menanyakan ini kepada para sales produk. Jawabannya, sebelum didistribusikan ke toko-toko, stoknya memang selalu habis diborong.
“Kata sales, pasokan dari produsen normal saja. Tapi setiap barang datang, langsung habis diborong orang,” kisahnya menirukan.
Arun, karyawan kantin di Jalan Pangeran Antasari menambahkan, ia sudah mencoba berkeliling pasar. Hasilnya, memang kosong.
“Padahal semau pembeli mencari-cari susu beruang,” kata perempuan 43 tahun itu. “Kata mereka sih bagus buat penangkal covid,” sambung Arun.
Salah satu penggemar produk ini adalah Aad, warga Jalan Veteran, Banjarmasin Timur.
“Makin susah mencarinya,” kata pria 40 tahun tersebut.
Ia terbiasa membeli per karton, tidak satuan. Dengan harga Rp260 ribu. Maka ia kaget ketika mendengar harganya sudah hampir setengah juta.
“Kemarin saya beli Rp17 ribu per kaleng. Teman saya bahkan beli Rp22 ribu,” tukasnya.