Penghapusan Mural dapat Perlawanan, Ibnu Sina: Saya Tak Anti Kritik

- Kamis, 26 Agustus 2021 | 10:16 WIB
URBAN: Eks Pelabuhan Marla di Jalan RE Martadinata. Kawasan ini sudah menjadi ruang favorit bagi seniman mural di Banjarmasin. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN
URBAN: Eks Pelabuhan Marla di Jalan RE Martadinata. Kawasan ini sudah menjadi ruang favorit bagi seniman mural di Banjarmasin. | FOTO: WAHYU RAMADHAN/RADAR BANJARMASIN

Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina mengaku dirinya tak anti kritik. Baginya kritik sepedas apapun tak masalah. Termasuk kritik yang dicoretkan di tembok lewat mural atau grafiti. Tapi, benarkah demikian? Ayo kita lihat di lapangan.

***

BANJARMASIN – Dinyatakan ketika menanggapi penghapusan mural di Jalan RE Martadinata oleh Satpol PP. Mural bernada kritik tidak masalah. Asalkan bagus saja tak masalah. Saya tidak anti kritik. Orang demo yang teriak-teriak di sini saja dilayani," ujarnya (25/8) di Balai Kota.

"Pemko bahkan dahulu pernah menggelar lomba mural. Jadi sebenarnya seniman sudah diberikan ruang," tambahnya.

Kalau tak bisa melukis mural, kanal resmi untuk saran dan kritik juga tersedia. Contoh lewat aplikasi e-Lapor.
Soal ruang untuk berkarya, Ibnu menyarankan, seniman bisa bekerja sama dengan pemilik tempat usaha. Misalkan restoran dan kafe. Tembok mereka bisa dihiasi dengan mural.

"Bisa berekspresi di situ. Menuangkan pesan-pesan optimis. Saya kira itu bisa. Secara umum, kalau nadanya positif, pasti aman-aman saja. Takkan ada yang merasa bermasalah,” tukasnya.

Sebenarnya, pernah muncul ide untuk menjadikan Flyover Gatot Subroto untuk ruang melukis mural. Disinggung soal itu, Ibnu mengakui, gagasan itu keburu ramai didebatkan.

“Bagi yang mengkritik mural atau grafiti sebagai vandalisme, pasti akan bereaksi. Jadi saya kira, begitulah, di kota ini selalu ada pro dan kontra,” bebernya.

Masalahnya, pernyataan Ibnu berkebalikan dengan kenyataan di lapangan.

Pada 18 Agustus lalu, sebuah mural yang menyentil penanganan pandemi, bunyinya “Wabah sebenarnya adalah kelaparan” ditimpa Satpol PP Banjarmasin dengan cat hijau.

Mural di pagar eks Pelabuhan Marla itu baru mejeng beberapa hari.

Alasan penghapusannya pun tak tegas. “Nada mural itu mudah ditafsirkan ke mana-mana,” kata Kepala Satpol PP Banjarmasin, Ahmad Muzaiyin.

Beberapa hari berselang, muncul riak perlawanan. Di tembok yang sama ditempeli pamflet. Isinya, “Dilarang berkreasi di negara demokrasi. Mural dihapus paksa, koruptor dielus manja.”

Di bawahnya, muncul coretan lawas, “Wabah sebenarnya adalah kelaparan.”

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Banjarmasin Pulangkan 10 Orang Terlantar

Jumat, 26 April 2024 | 14:30 WIB
X