Kalau Negosiasi, Polwan Lebih Hebat dari Polisi Laki-Laki

- Rabu, 1 September 2021 | 14:40 WIB
AKP Risda Idfira (kiri), AKBP Nina Rahmi (tengah), dan Kompol Anna Setiani (kanan)
AKP Risda Idfira (kiri), AKBP Nina Rahmi (tengah), dan Kompol Anna Setiani (kanan)

Menjadi polisi, bukan tujuan umum karier banyak wanita. Di Ultah Polwan ke-73 ini, banyak cerita dari para wanita yang bekerja di dunia yang didominasi laki-laki ini.

****

Peringatan ke-73 Hari Polisi Wanita (Polwan) menjadi penting untuk mengenal sejarah munculnya Polwan di Indonesia.

Enam gadis remaja asal Minang, Sumatera Barat (Sumbar), menjadi awal mula lahirnya Polwan pada 1 September 1948. Mereka mengikuti pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukittinggi dan menjadi ABRI perempuan pertama di Indonesia.

Awal mula saat peristiwa Agresi II, terjadi pengungsian besar-besaran kaum perempuan dari semenanjung Malaya. Mereka menjauhi titik-titik pertempuran demi keselamatan diri dan keluarga.

Kondisi ini rawan disusupi mata-mata musuh. Yang jadi persoalan, tak semua pengungsi perempuan bersedia diperiksa petugas laki-laki. Dilema. Karena bisa saja penjajah mengirimkan wanita pribumi sebagai mata-mata.

Untuk mengatasi, Pemerintah RI pun memberikan mandat kepada Sekolah Polisi Negara (SPN) di Bukit Tinggi, untuk membuka pendidikan kepolisian bagi perempuan.

Ada enam orang gadis lulusan sekolah menengah yang dinyatakan lolos untuk mengikuti pendidikan kepolisian wanita. Keenam wanita tersebut adalah, Mariana Saanin Mufti, Nelly Pauna Situmorang, Rosmalina Pramono, Dahniat Sukotjo, Djamainar Husein, dan Rosnalia Taher. Semuanya berdarah Minangkabau. Itulah asal mula Polwan di Indonesia.

Di Kalsel sendiri, wanita yang menjadi Polwan tahun 80an masih minim. Kebanyakan yang bertugas di Kalsel adalah kiriman dari Mabes. Kalaupun ada dari Kalsel, mereka tidak mengikuti pendidikan kepolisian melainkan diangkat dari Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Polri. Meski tidak menjalankan tugas jabatan, mereka diberikan pangkat, istilahnya tituler.

Baru angkatan ke 5 tahun 1981, ada tiga wanita Kalsel yang menjadi Polwan. Radar Banjarmasin mewawancarai salah satunya. Dia adalah AKBP Nina Rahmi. Yang melatarbelakangi dirinya menjadi Polisi, karena saat itu Polri membuka penerimaan Polwan bagi atlit olahraga. Kebetulan dia adalah atlit tenis.

"Dari sekian banyak yang ikut, ada tiga wanita yang lulus, saya salah satunya," tuturnya.

Setelah mengikuti pendidikan kepolisian selama sebelas bulan di Jakarta, Nina pun ditugaskan di Mabes. Itulah dia memulai karirnya sebagai Polwan.

Nina berkata, kesempatan wanita Banua yang ingin berkarir sebagai Polwan sekarang terbuka lebar. Mereka dapat memilih, karena Polri membuka rekrutmen dari sumber, mulai Akpol, sarjana, Bakomsus, Bintara Khusus Penyidik.

"Kalau dulu sumbernya hanya dari keahlian, sekarang sumbernya bisa lewat Akplol, sarjana, bakomsus," ucap Kasubdit VIP Ditpamobvit ini.

Ia mengatakan, Polwan memiliki peran penting dalam organisasi korps kepolisian. Selain mempunyai disiplin, komitmen tinggi, tekun dan smart, mayoritas menguasai administrasi. Mereka dapat membantu kelancaran pelaksanaan administrasi dalam tubuh organisasi.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB
X