BANJARMASIN – Sejak pembatasan di tempat ibadah dilonggarkan, Masjid Al Jihad sudah menyalatkan banyak sekali pasien COVID-19 yang meninggal dunia.
“Sejak Februari, sudah 162 jenazah covid yang disalatkan di sini,” kata pengelola masjid di Jalan Cempaka Besar itu, Khairil Muhaidi, kemarin (3/9).
Anang, begitu sapaannya, melihat ada lonjakan yang luar biasa pada bulan Juli dan Agustus.
“Maret cuma dua jenazah, April ada empat, tiga di bulan Mei, Juni 12, lalu Juli sebanyak 47 Jenazah. Bulan berikutnya, Agustus mencapai 89 jenazah,” rincinya.
Bulan ini, baru tiga hari, sudah enam pasien covid yang disalatkan. “Pas salat Jumat tadi ada empat,” sebutnya.
Angkanya juga tampak mencolok jika mengacu pada data tahunan.
Selama 2019, ada 391 jenazah yang disalatkan di masjid Muhammadiyah ini. Tahun 2020 tercatat 515 jenazah.
Dan tahun 2021 belum usai, sudah 970 jenazah. Tentu saja, sebagian bukan karena terinfeksi corona.
Apakah tak khawatir menular ke jemaah? Anang mengakui, kekhawatiran sudah pasti ada.
Apalagi ancaman yang dihadapi tak bisa dilihat dengan mata telanjang. Risikonya bertambah bagi tim pemandian dan pengantaran jenazah.
Tapi Anang menegaskan, Al Jihad memiliki batasan-batasan. Bahwa untuk pasien yang meninggal karena COVID-19 tidak dimandikan di sini. Melainkan di rumah sakit.
Lalu, tim pengantar jenazah wajib memakai masker dan sarung tangan. Kemudian, mobil ambulans dan ruang pemandian rutin disemprot cairan disinfektan. Selain itu, sebagian anggota tim sudah menjalani vaksinasi.
“Jadi ikhtiarnya sudah dijalankan,” jaminnya.
Dalam pelaksanaan salat fardu kifayah pun, tidak boleh di dalam aula masjid.
Melainkan di ruang terbuka, dekat area parkir. Jenazah juga takkan diturunkan dari ambulans.
