Yang Keliru dari Pesan Pandemi Kita

- Sabtu, 11 September 2021 | 22:50 WIB

Yang paling rawan dalam penanganan pandemi di Indonesia adalah kemalasan pemerintah untuk menavigasi pengetahuan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan yang berkembang tentang virus corona.

Ini membuat semua kampanye tentang protokol kesehatan bukan saja sia-sia, tetapi malah membahayakan-- karena dalam satu dan lain hal, penularan virus bekerja berlawanan dari hal-hal yang telah dijadikan pedoman.

Misalnya anjuran untuk berada " di rumah saja". Kampanye "di rumah saja" ini masih terus kita dengar meski banyak penelitian ilmiah menunjukkan kebanyakan penularan virus corona justru terjadi di dalam rumah.

Satu penelitian awal tahun ini menemukan bahwa orang yang sakit 18,7 kali lebih mungkin menyebarkan virus corona di lingkungan tertutup daripada di ruangan terbuka.

Harusnya pemerintah mengubah kampanyenya menjadi "di luar saja". Meski konyol tetapi itulah pedoman yang minim risiko. Tetapi tidak,pemerintah justru membatasi orang bersosialisasi di luar rumah.

Pantai-pantai dan tempat wisata, kafe-kafe dengan tempat makan outdoor, lucunya, berusaha ditutup. Seringkali tindakan pelarangan ini dilakukan secara represif. Ini membuat orang tidak menemukan pilihan selain kembali ke rumah dan menghadapi risiko penularan sekali lagi.

Yang juga tidak berubah adalah kampanye kebersihan. Cerita lama yang praktiknya bisa kita lihat sampai sekarang adalah orang-orang saling bersalaman dengan genggaman tangan.

Mereka khawatir jika melakukan kontak dengan tangan orang lain atau permukaan yang disentuh orang sakit, dan kemudian menyentuh mata atau bibir, bisa menginfeksi diri sendiri.

Para ilmuwan telah lama menolak itu. Virus corona menyebar melalui udara, bukan melalui permukaan. Sejak akhir tahun 2020 lalu, ilmuwan telah mendesak CDC, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat untuk meluruskan itu.

Awal Juli tadi akhirnya CDC melakukannya. Mereka mengumumkan "Berdasarkan data epidemiologi yang tersedia dan studi tentang faktor transmisi lingkungan, transmisi permukaan bukanlah rute utama penyebaran SARS-CoV-2, dan risikonya dianggap rendah.”

Sayangnya pesan yang terlanjur menyebar tidak bisa dengan mudah ditarik. Tukang semprot disinfektan masih sering Anda lihat menghukum setiap kursi, setiap pintu, lantai. Bahkan masih ada mobil tangki besar yang keliling di jalan raya menyemprot aspal dan bahkan setiap atap rumah.

Sekolah-sekolah dan tempat publik juga masih melakukannya. Mereka menutup gedung atau kelas jika ditemukan ada kasus baru. Alih-alih, memeriksa ventilasi tertutup yang menjadi penyebab udara tidak bersirkulasi dengan baik.

Kalau kita mengatakan seperti ini, mungkin ada yang menjawab: Emang apa salahnya dengan mencuci tangan? Bukankah itu baik?

Memang benar. Tetapi penekanan terhadap aspek kebersihan itu bisa mengalihkan orang-orang dari masalah yang sebenarnnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Rem Blong, Truk Solar Hantam Dua Rumah Warga

Kamis, 28 Maret 2024 | 19:00 WIB

Masalah Pendidikan Jadi Sorotan Ombudsman

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:50 WIB

Gempa 3,3 Magnitudo Guncang Kotabaru

Kamis, 28 Maret 2024 | 15:58 WIB

Januari hingga Maret, 7 Kebakaran di Balangan

Selasa, 26 Maret 2024 | 15:35 WIB
X