BANJARBARU - Meski musim kemarau tahun ini tidak terlalu panas namun bukan berarti tidak ada kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Saat ini tercatat sudah 53 hektare kawasan hutan yang terbakar
Kasi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Dalkarhutla) pada Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel, Bambang Marwanto mengatakan, dari puluhan hektare kawasan hutan yang terbakar paling banyak berada di Kabupaten Banjar. "Salah satunya di Tahura Sultan Adam," katanya.
Namun dia mengungkapkan, jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, luas kawasan hutan yang terbakar tahun ini jauh menurun. "Karena tahun ini musim kemaraunya banyak diguyur hujan," ungkapnya
Meski begitu, Bambang menuturkan, Dinas Kehutanan terus memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar jangan sampai membakar hutan dan lahan. "Karena selama ini karhutla lebih disebabkan karena faktor kesengajaan, misalnya pembukaan lahan dan perburuan," tuturnya.
Sementara itu, untuk penanganan karhutla, Kalsel kembali mendapatkan tambahan helikopter. Namun bukan heli water boombing, melainkan heli patroli.
Kabid Kedaruratan dan Logistik pada BPBD Kalsel DR H A Alam, heli patroli telah tiba kemarin (10/9). Dengan begitu, sudah ada dua heli patroli yang beroperasi di Banua. "Dengan dua heli patroli ini, sudah cukup sekali untuk kita memantau karhutla dari udara," ujarnya.
Dengan tambahan heli patroli jelas Alam, pihaknya dapat membagi lokasi patroli. Satu unit melakukan pemantauan udara ke utara dan satunya lagi ke Barat Kalsel.
Lalu bagaimana dengan heli water bombing? Dia menyebut, saat ini sudah ada empat unit yang beroperasi. Jumlah ini menurutnya sudah cukup. "Karena kemarau tahun ini tidak terlalu panas," sebutnya.
Namun, walaupun akhir-akhir ini intensitas hujan cukup tinggi, Alam menyampaikan bahwa Satgas Karhutla tetap waspada dengan karhutla. "Sebab, biasanya di sini hujan tapi di daerah lain ada yang panas dan muncul titik api," ucapnya.
Selain itu, kata dia, status darurat Karhutla Kalsel juga masih panjang yakni hingga 30 November 2021. Dikhawatirkan nantinya terjadi pergeseran musim. "Status darurat baru akan dicabut jika hujan turun secara normal dan tanpa ada anomali cuaca," pungkasnya. (ris/by/ran)