PPKM Picu Deflasi

- Selasa, 14 September 2021 | 15:46 WIB

BANJARBARU - Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel, telah merilis Indeks Harga Konsumen (IHK). Dari catatan mereka, pada Agustus 2021 di Banua terjadi deflasi sebesar 0,09 persen. Atau terjadi penurunan IHK, dari 107,82 pada Juli menjadi 107,72 di bulan Agustus.

Kepala BPS Kalsel, Yos Rusdiansyah mengatakan, deflasi di Kalimantan Selatan pada Agustus 2021 terjadi karena adanya penurunan harga pada beberapa indeks kelompok pengeluaran.

"Penurunan paling besar ialah kelompok makanan, minuman dan tembakau yang turun sebesar 0,58 persen," katanya.

Lanjutnya, kelompok pengeluaran lain yang juga mengalami penurunan yakni kelompok pakaian dan alas kaki yang turun sebesar 0,27 persen; dan kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,10 persen.

Yos menambahkan, selain ada yang turun, sejumlah kelompok lain sebenarnya mengalami kenaikan harga. Hanya saja tidak signifikan. Di antaranya, kelompok kesehatan sebesar 0,34 persen; kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya naik 0,32 persen.

Lalu, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan naik sebesar 0,18 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,17 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,10 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,03 persen; dan kelompok transportasi sebesar 0,01 persen.

"Sementara kelompok pendidikan tidak mengalami perubahan dibandingkan Juli 2021," ucap Yos.

Terkait komoditas, dia menyebut, beberapa jenis yang mengalami penurunan harga dengan andil deflasi tertinggi di Kalimantan Selatan, antara lain: daging ayam ras, cabai rawit, cabai merah, angkutan udara dan ikan gabus.

"Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga dengan andil inflasi tertinggi ialah bahan bakar rumah tangga, pepaya, tukang bukan mandor, ikan kembung dan telur ayam ras," sebutnya.

Sementara itu, menanggapi rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) dari BPS Kalsel, Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani menjelaskan bahwa ada banyak hal yang mempengaruhi terjadinya deflasi. "Antara lain disebabkan tidak seimbangnya antara produksi dan suplai terhadap permintaan pasar," jelasnya.

Sektor pertanian, perikanan dan perkebunan misalnya, dia menyampaikan, saat ini telah memasuki musim panen. Namun, permintaan masyarakat terhadap komoditas dan produk tersebut justru stabil bahkan turun.

"Begitu pula suplai barang dari daerah sentra produksi ke Kalsel bulan lalu hingga saat ini cukup melimpah, sementara permintaan terhadap barang tersebut biasa-biasa saja bahkan cenderung turun," ucapnya.

Menurunnya permintaan barang menurut Birhasani dikarenakan adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) secara cukup ketat di sejumlah daerah.

"PPKM membuat masyarakat tidak bisa melaksanakan acara besar, seperti resepsi dan kegiatan sosial lainnya. Begitu pula pemerintah menunda bahkan membatalkan event besar, sehingga permintaan barang turun," ujarnya.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X