Wajah siswa-siswi SMP di Banjarmasin (15/9) terlihat berseri-seri. Sekian lama belajar daring, akhirnya mereka bisa kembali ke kelas. Meskipun hanya untuk ujian tengah semester.
BANJARMASIN – Penilaian tengah semester (PTS) secara tatap muka itu digelar terbatas. Sesuai dengan surat edaran Dinas Pendidikan Banjarmasin tertanggal 14 September.
Edaran itu merupakan jawaban atas permohonan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) SMP Negeri Banjarmasin.
Setelah berkonsultasi dengan wali kota, Kepala Disdik Banjarmasin, Totok Agus Daryanto pun memberikan izin untuk pelaksanaan PTS secara offline.
Ujian digelar dari tanggal 15 sampai 27 September mendatang. Radar Banjarmasin mengunjungi SMPN 9 di Jalan Batu Benawa Raya dan SMPN 1 di Jalan Batu Tiban.
Ujian berjalan lancar. Dalam sehari, hanya satu mata pelajaran yang diujikan. Dibagi dalam tiga sesi, siswa kelas VII sampai IX masuk bergantian.
“Dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang. Satu kelas maksimal diisi 15 siswa. Kemudian, siswa juga sudah mengantongi izin orang tua,” kata Kepala SMPN 9, Pahri.
Dijelaskannya, dari 850 siswa ada enam siswa yang tak bisa hadir lantaran berhalangan. Ada yang sedang berada di luar daerah bersama keluarganya. Alhasil, mereka harus mengikuti ujian susulan.
Sedangkan bagi siswa yang tak bisa masuk lantaran sakit, maka orang tuanya diminta datang ke sekolah untuk mengambil naskah soal ujian.
“Lalu dikerjakan oleh siswa di rumah. Kelar itu diserahkan lagi ke sekolah. Karena kami tak bisa mengawasi, kami meminta kejujurannya saja. Kalau secara online, kami takut terkendala jaringan,” tambahnya.
Pahri juga menyebut sebagian besar muridnya telah menjalani vaksinasi, meskipun belum 100 persen. Mengingat ada siswa yang berusia di bawah 12 tahun atau karena baru saja menjalani isolasi mandiri.
Serupa dengan yang terlihat di SMPN 1. Di sini, siswa masuk bergiliran untuk mengikuti PTS offline.
Kepala sekolah Gusti Khairur Rahman menjelaskan, pihaknya tidak menyediakan PTS online. Artinya, bagi yang tak bisa berhadir mesti mengikuti ujian susulan.
Alasannya, tak efisien menyiapkan ujian daring karena pesertanya terlalu sedikit. “Cuma sekitar delapan orang saja yang tidak bisa berhadir (di ujian sekolah),” ucapnya.
Lebih jauh, ia melihat sambutan antusias dari siswa dan orang tua.