Geram, Risma Sampai Pukul Meja karena Banyak Program Bantuan Tidak Tersalur

- Kamis, 16 September 2021 | 19:11 WIB
MELEDAK-LEDAK: Menteri Sosial Tri Rismaharin memimpin pemadanan data Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Banjarmasin di Jalan Trikora, Banjarbaru, kemarin (15/9) pagi. Dia sempat marah lantaran mengetahui banyaknya bansos yang belum tersalurkan. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN
MELEDAK-LEDAK: Menteri Sosial Tri Rismaharin memimpin pemadanan data Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Banjarmasin di Jalan Trikora, Banjarbaru, kemarin (15/9) pagi. Dia sempat marah lantaran mengetahui banyaknya bansos yang belum tersalurkan. | FOTO: SUTRISNO/RADAR BANJARMASIN

BANJARBARU - Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini marah besar ketika memimpin pemadanan data Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Banjarmasin di Jalan Trikora, Banjarbaru, kemarin (15/9) pagi.

Ekspresi kemarahan mantan Wali Kota Surabaya, Jawa Timur itu sangat terlihat. Sampai-sampai dia sempat menumpahkan amarahnya dengan memukul meja.

Risma juga sampai harus menenangkan diri ke luar ruangan dan santai sejenak di balkon gedung demi bisa meredam amarahnya.

Penyebab kemarahan Risma tak lain ialah banyaknya bantuan sosial (Bansos) yang belum terserap di Kalsel. Salah satunya, Program Keluarga Harapan (PKH).

Berdasarkan data yang disampaikan dalam acara itu, masih ada 888 PKH di Kalsel statusnya tidak transaksi. Serta, 130 lainnya tidak distribusi.

Setelah beberapa jam berdiskusi, terungkaplah sejumlah akar masalah terlambatnya penyaluran Bansos tersebut. Di antaranya ialah sulitnya akses transportasi para keluarga penerima manfaat (KPM).

Beberapa pendamping PKH menyatakan, penyaluran bantuan untuk KPM ada yang ditempuh dengan menumpang perahu klotok menyusuri sungai. Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan itu, bisa lebih besar dari indeks bantuan.

Melihat permasalahan itu, Risma meminta Bank Himbara di Kalsel untuk mendekatkan layanan kepada penerima manfaat bantuan sosial.

Menurutnya, bank perlu mengambil inisiatif untuk jemput bola ke lokasi terdekat dari domisili penerima manfaat, agar bantuan segera bisa diterima.

"Saya minta Bank Himbara untuk mendekatkan layanan ke keluarga penerima manfaat. Karena kalau harus datang ke kota, bisa habis biaya transport. Kasihan KPM-nya," pintanya.

Apalagi jika penyaluran bantuan memakan waktu tempuh hingga 15 jam, menurut Risma kondisi itu tidak memungkinkan bagi penerima manfaat untuk mengambil bansos.

"Tidak fair kalau mereka mendapat Rp300 ribu, sementara biaya yang harus dikeluarkan sampai ke lokasi transaksi bisa sampai Rp500 ribu," ujarnya.

Dia pun memerintahkan agar bank yang menyerahkan bantuan ke tempat penerima manfaat. Bukan penerima manfaat yang datang ke lokasi transaksi. "Bank nanti yang mendatangi mereka dikasih cash saja, karena mereka terpencil tidak ada ATM," papar Risma.

Dalam jangka panjang, dia mengaku telah menyiapkan peraturan khusus. Supaya bisa menjadi payung hukum Himbara untuk menyalurkan bansos sekaligus.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Diduga Hendak Tawuran, 18 Remaja Diamankan

Minggu, 17 Maret 2024 | 18:55 WIB

DPRD Kota Banjarmasin Usulkan 732 Pokir

Jumat, 15 Maret 2024 | 14:35 WIB
X