Sampah Liar Masih Tersebar Retribusi Ikut Terdampak Pandemi

- Jumat, 17 September 2021 | 15:33 WIB
IKUT TERDAMPAK: Banyaknya tempat usaha yang tutup memengaruhi sektor pendapatan retribusi pengelolaan persampahan. | Foto: Muhammad Rifani/Radar Banjarmasin
IKUT TERDAMPAK: Banyaknya tempat usaha yang tutup memengaruhi sektor pendapatan retribusi pengelolaan persampahan. | Foto: Muhammad Rifani/Radar Banjarmasin

BANJARBARU - Persoalan sampah liar memang selalu jadi polemik klasik. Meski sudah jelas ada sanksi, namun nyatanya sampah liar masih saja ditemui di wilayah Kota Banjarbaru.

Disebarnya papan informasi atau spanduk peringatan sepertinya tak mempan mencegah para oknum yang sembarangan membuang sampah. Mau tak mau, petugas persampahan hampir setiap hari memungut sampah-sampah liar ini.

Kepala Seksi Pengelolaan Persampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarbaru, Hafidz menyebut sampah liar di Banjarbaru memang cukup banyak.

"Akhirnya armada dan petugas kita bekerja lebih untuk swapping sampah-sampah liar ini. Jumlah lumayan banyak, jika ditotalkan mungkin saja lebih dari satu pikap," katanya.

Di tengah masih maraknya sampah liar ini, DLH khususnya bidang persampahan cerita Hafidz juga menghadapi masalah turunnya pendapatan dari retribusi pengelolaan persampahan selama pandemi.
Jika di masa normal sebelum pandemi, DLH kata Hafid bisa menarik retribusi sampah ini hingga Rp400 juta. Namun karena pandemi, target tersebut mau tak mau dipangkas hingga separonya.

"Ini retribusi pengangkutan sampah dari TPS ke TPA, lalu ada juga retribusi pengelolaan sampahnya yang di TPA. Selama pandemi memang ada penyusutan, kemudian PPKM juga berdampak," ungkapnya.

Dampak ini dikarenakan sejumlah tempat usaha yang operasionalnya tak maksimal, bahkan ada yang harus menutup usahanya. "Kita tidak bisa menarik retribusinya, karena untuk operasional saja mereka kesulitan, kita harus memaklumi."

Contohlah kata Hafid ada banyak rumah makan hingga restoran yang memangkas waktu operasionalnya. Keadaan inilah menurutnya yang juga merembet ke pendapatan dari sektor retribusi persampahan ini.
"Sampai bulan Agustus tadi, retribusi persampahan kita baru di angka Rp247 juta. Jauh dari target Rp400 juta. Hingga bulan ke delapan baru sekitar 60 persen," tegasnya.

Kemudian dilanjutnya, jika dulu usaha-usaha skala besar semacam hotel, mal, perbankan atau retail modern menjadi penyumbang retribusi terbesar. Kini sektor-sektor ini rincinya sampai merosot 50 persen.
"Kita itu pendapatan retribusi terbesar dari mal, jumlahnya Rp4-5 juta perbulannya. Sekarang tidak sampai segitu lagi, karena kita ketahui bersama pandemi ini memang berdampak hampir ke semua sektor kan," pungkasnya. (rvn/bin/ema)

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pertanyakan Konsistensi Dinas PUPR

Selasa, 23 April 2024 | 08:45 WIB

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X