BANJARMASIN – Pakar ekonomi Gusti Suryasari Rahmatiilah merespons usulan Hiswana Migas Kalsel untuk menaikkan harga eceran tertinggi (HET) tabung gas elpiji 3 kilogram.
Dosen STIMI (Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia) Banjarmasin itu meminta usulan tersebut sebaiknya ditunda saja. Mengingat tabung melon itu merupakan hak warga miskin.
“Buat apa Hiswana mengusulkan kenaikan HET? Mereka tidak dirugikan. Sebab gas 3 kilogram itu bersubsidi,” ujarnya.
Menurut Rahmatiilah, masalahnya bukan pada harga. Melainkan distribusi yang tidak tepat sasaran. Masih ada orang kaya yang bisa membeli gas bersubsidi.
“Jadi pengawasannya yang diperkuat agar tepat sasaran. Bukan malah harganya yang dinaikkan,” tambahnya.
Dia berharap Hiswana menimbang usulannya. “Jangan hanya memikirkan kelompok pengusahanya saja. Memang pandemi menghantam semua sektor ekonomi. Tapi warga kecil dengan penghasilan harian yang paling merasakan dampaknya,” tegasnya.
Rahmatiilah menyarankan agar Hiswana lebih dulu berkonsultasi dengan para ahli ekonomi. Untuk mengukur dampak dari kenaikan HET tersebut.
Dia juga meminta Gubernur dan Pemprov Kalsel sebagai yang berwenang menaikkan HET untuk melihat keadaan. “Saya kira, biar manis, ditunda dulu. Melihat kondisi daerah sekarang,” pungkasnya.
Sebelumnya, Hiswana mengusulkan penyesuaian HET tabung gas 3 kilogram. Alasannya, harga yang ditetapkan gubernur itu sudah tak di-update selama enam tahun terakhir. Perlu penyesuaian dengan kenaikan biaya operasional di lapangan. Usulannya dari Rp17.500 menjadi Rp21 ribu per tabung. (gmp/fud/ema)