Singkatan dan Akronim

- Kamis, 23 September 2021 | 15:18 WIB

ORANG Indonesia memiliki kecenderungan untuk menciptakan singkatan dan akronim baru dalam kecepatan tinggi.

-- Oleh: Muhammad Syarafuddin, Editor di Radar Banjarmasin

Pernyataan itu milik Robert Cribb. Dalam kata pengantar Kamus Sejarah Indonesia yang ia tulis bersama Audrey Kahin.

Indonesianis asal Australia itu rupanya kewalahan saat menyusun lampiran yang berisi daftar singkatan dan akronim. Seperti ABRI, Babinsa, CSIS, Deplu, Inpres dan seterusnya.

Diterbitkan tahun 2004, kamus itu diterjemahkan dari versi Bahasa Inggris pada 2012. Sembilan tahun berlalu, artinya lampiran Cribb sudah kedaluwarsa.

Karena selama pandemi telah ditambahkan prokes, 3T, 3M (bukan menguras, menutup dan mengubur), PSBB, KPC-PEN, isoter, isoman, BST, PPKM, PJJ dan PTM.

Tampaknya, semakin gawat keadaan, semakin perlu pula memikirkan singkatan dan akronim baru.

Dari semuanya, sudah pasti singkatan yang paling populer adalah PPKM. Apalagi yang dikasih embel-embel level 4.

Karena membuat guru dan murid patah hati. Mereka baru saja kembali ke kelas, malah disuruh belajar daring lagi.

Orang tua siswa yang sudah menarik napas lega pun kembali mengalami sesak napas.

Selama satu setengah tahun terakhir, pembukaan sekolah (sengaja menghindari pemakaian singkatan PTM) adalah kabar terbaik yang pernah kita dengar.

Saking baiknya, meskipun secara terbatas, pembukaan sekolah boleh disebut sebagai kado untuk masyarakat Banjarmasin dalam momen milad kota ke-495.

Pemerintah pusat sendiri memiliki alasan kuat untuk membubarkan kegembiraan ini.

Level 4 ditetapkan karena vaksinasi di daerah masih rendah. Data yang sulit disangkal. Mengingat cakupan vaksinasi di Banjarmasin baru 43 persen. Belum sampai separuh.

Halaman:

Editor: miminradar-Radar Banjarmasin

Tags

Rekomendasi

Terkini

X