Nasib Guru Pendidikan Agama Islam yang Terancam Tak Diperpanjang Kontraknya

- Rabu, 6 Oktober 2021 | 10:37 WIB
BERSEMANGAT: Fahriadi mengajar di kelas 3 SDN 3 Mandingin, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Selasa, (5/10).| FOTO JAMALUDDIN / RADAR BANJARMASIN
BERSEMANGAT: Fahriadi mengajar di kelas 3 SDN 3 Mandingin, Kecamatan Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Selasa, (5/10).| FOTO JAMALUDDIN / RADAR BANJARMASIN

Memakai seragam hitam putih dan peci hitam, Fahriadi berjalan pelan di antara meja murid. Di ruang kelas 3 SDN 3 Mandingin itu, ia memeriksa tugas muridnya. Tak berapa lama, seluruh murid diminta untuk membaca hafalan Juz Amma.

=========================

Penulis: JAMALUDDIN/Barabai

=========================

Dengan irama senada 10 murid dengan lantang membaca surah An-Nasr. Ternyata surah itu sekaligus mengakhiri pelajaran. Seusai mengaji, murid-murid serentak mengucap salam.  “Jadi anak-anak pulangnya lebih cepat, pukul 10.00 Wita sudah selesai pelajarannya,” ucap Fahriadi.

Pria 39 tahun ini satu dari ratusan guru tenaga kontrak di Hulu Sungai Tengah (HST). Ia mengampu pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN 3 Mandingin, Kecamatan Barabai, Kabupaten HST.

Ditemui di depan ruang kelas, Selasa (5/10), Fahriadi sangat antusias membagikan pengalamannya menjadi guru. Lulusan STAI Al-Washiliyah Barabai tahun 2006 ini menjadi guru dimulai bulan Juli tahun 2005.

Saat itu, statusnya adalah honorer di SDN 2 Jatuh, Kecamatan Pandawan, HST. Dia menuju sekolah dengan sepeda. Berstatus honorer membuat Fahriadi seperti “pengajar kelas dua”. Itu artinya ketika jumlah guru PNS bertambah, dia tidak lagi mengajar tetapi diperbantukan menjadi penjaga perpustakaan di sekolah. 

“Kalau ada guru PNS masuk, saya diroling, soalnya status cuma guru honor. Kalau ada yang pensiun, saya kembali jadi guru lagi,” ceritanya.

Ia mengabdi di sekolah itu menjadi guru honorer selama 13 tahun. Pada bulan Juli 2018, nasibnya terangkat menjadi guru kontrak. Ia mengikuti penerimaan guru kontrak yang digaji pemerintah setempat. Setelah mengikuti tahap seleksi akhirnya dia lulus. 

Tugas pertamanya menjadi guru kontrak adalah  di SDN Mahela, Kecamatan Batang Alai Selatan, HST. Dirinya mengabdi di sana lebih 2 tahun. Sebelum akhirnya dipindah lagi ke sekolah SDN 3 Mandingin pada 10 April 2021. Lagi-lagi ada guru PNS yang masuk.

16 tahun lebih menjadi guru non-PNS, banyak suka dukanya. Bagi Fahriadi banyak sukanya. Untuk ayah satu orang anak ini, menjadi guru PAI memiliki nilai lebih. Karena mendidik murid tak hanya tahu ilmu dunia tapi juga ilmu akhirat.

Selama ini, Fahriadi mengatakan rahasianya tetap bertahan menjadi guru dalam situasi ekonomi yang tidak menentu. “Ikhlas,” katanya. Jika pekerjaan yang dikerjakan dengan senang hati akan terasa ringan. Tapi pekerjaan yang dikerjakan tidak dengan hati akan terasa berat. “Jiwa dan raga saya sudah nyaman menjadi guru,” lanjut pria yang tinggal di Desa Kapar ini.

Soal gaji Fahriadi tak mau bercerita gamblang. “Cukup untuk kebutuhan sehari-hari,” katanya.

Halaman:

Editor: berry-Beri Mardiansyah

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran, Duit Sisa THR Ikut Hangus

Sabtu, 20 April 2024 | 09:15 WIB
X